PENYAKIT hati yang wajib dijauhi setiap Muslimin adalah riya atau pamer. Orang yang melakukan perbuatan ini akan diganjar siksaan yang amat pedih.
Pada era digital ini, orang bisa dengan mudah mengunggah tiap kegiatan amal maupun ibadah yang dilakoni, entah untuk sekadar berbagi atau mencari like dan komentar. Namun, hal itu kadang justru menjerumuskan mereka ke sikap riya atau pamer.
Mengutip dari iNews.id, Kamis (11/6/2020), dalam kitab suci Alquran, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ
Artinya: "Orang-orang yang berbuat ria." (Al Maun: 6)
Mufasir Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir menerangkan berkaitan dengan ayat tersebut.
Dari Imam Tabrani mengatakan, "Telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdullah ibnu Abdu Rabbih Al Bagdadi, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata; dari Yunus, dari Al Hasan, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa salam bersabda:
'Sesungguhnya di dalam neraka jahanam benar-benar terdapat sebuah lembah yang neraka jahanam sendiri meminta perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu setiap harinya sebanyak 400 kali. Lembah itu disediakan bagi orang-orang yang riya (pamer) dari kalangan umat Muhammad yang hafal Kitabullah (Alquran) dan suka bersedekah, tetapi bukan karena Zat Allah, dan juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan orang yang keluar untuk berjihad (tetapi bukan karena Allah Subhanahu wa ta'ala)'."
Imam Ahmad mengatakan, "Telah menceritakan kepada kami Abu Naim, telah menceritakan kepada kami Al Amasy, dari Amr ibnu Murrah yang mengatakan bahwa ketika kami sedang duduk di majelis Abu Ubaidah, lalu mereka berbincang-bincang tentang masalah riya."
Maka berkatalah seorang lelaki yang dikenal dengan julukan Abu Yazid bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Arnr mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:
"Barang siapa yang pamer kepada orang lain dengan perbuatannya, maka Allah akan memamerkannya di hadapan makhluk-Nya dan menjadikannya terhina dan direndahkan."
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Gundar dan Yahya Al Qattan, dari Syubah, dari Amr ibnu Murrah, dari seorang lelaki, dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, lalu disebutkan hal yang semisal.
Termasuk hal yang berkaitan dengan makna firman-Nya: Orang-orang yang berbuat ria (Al Maun: 6) ialah bahwa barang siapa yang melakukan suatu perbuatan karena Allah, lalu orang lain melihatnya dan membuatnya merasa takjub dengan perbuatannya, maka sesungguhnya hal ini bukan termasuk perbuatan riya.
Dalil yang membuktikan hal ini ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Al Hafiz Abu Yala Al Mausuli di dalam kitab musnadnya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu mengatakan, "Ketika aku sedang sholat, tiba-tiba masuklah seorang lelaki menemuiku, maka aku merasa kagum dengan perbuatanku. Lalu aku ceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: 'Dicatatkan bagimu dua pahala, pahala sembunyi-sembunyi dan pahala terang-terangan'."
Abu Ali alias Harun ibnu Maruf mengatakan, "Telah sampai kepadaku bahwa Ibnul Mubarak pernah mengatakan bahwa hadis ini adalah sebaik-baik hadis bagi orang-orang yang riya."
Wallahu A'lam.
(Hantoro)