MENJADI seorang santri tentu saja menyenangkan kalau dinikmati, karena banyak pengalaman baru yang bisa diperoleh di lingkungan pondok pesantren, dengan suasana yang berbeda dari rumah sendiri dan bertemu teman-teman baru dari berbagai daerah.
Selain mendapat ilmu, di pesantren kita bisa belajar juga untuk disiplin waktu, belajar membangun solidaritas, saling peduli, mengasah mental, berlatih berkomunikasi di depan publik atau orang banyak, belajar beradaptasi, dan hal-hal sosial lainnya yang tidak bisa ditemukan di sekolah biasa.
Baca juga:Â Sulit Tinggalkan Maksiat? Amalkan Doa Ini Secara Rutin
Namun, tantangan yang agak berat ketika pertama masuk pesantren adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Lingkungan pesantren tentu saja jauh berbeda dengan rumah. Saat tiba di pesantren, tentu saja sifat manja harus dibuang jauh-jauh. Sering kali orang gagal pada fase ini, sehingga tak kerasan di pesantren.
Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Devi Yuliana dalam sebuah artikelnya menulis pengalaman semasa di pesantren sangat berharga.
“Banyak hal yang tidak bisa kita rasakan jika kita tidak pernah mencicipi pahit manisnya dunia santri,” tulis Devi Yuliana dalam kolom di Tebuireng.Online seperti dikutip, Senin (10/8/2020).
Lalu, apa yang harus dilakukan santri agar bisa tetap menikmati belajar di pesantren, terutama saat hati mulai galau teringat kampung halaman.
Berikut ada beberapa tips dari KH. M. Hasyim Asy’ari dalam kitab karyanya berjudul "Adabul Alim wa al Muta’alim":
Pertama dan harus dilakukan oleh setiap santri adalah mensucikan hatinya dari setiap perbuatan buruk. Misalnya saja seperti rasa iri dengki, sombong, riya dan akhlak tercela lainya. Mengapa demikian? Karena dengan hilangnya sifat-sifat tersebut dari hati kita maka ilmu akan dengan sangat mudah untuk kita pelajari maupun kita amalkan. Bukankah menyenangkan ketika kita dengan mudahnya memahami sebuah pelajaran.
Kedua ialah seorang santri itu harus meluruskan niatnya ketika mencari ilmu dengan semata-mata mengharapkan ridha Allah. Selain itu ia juga harus berniat untuk mengamalkan ilmunya, menghidupkan syariat Islam, serta menghiasi hatinya dengan selalu taqorrub atau mendekatkan diri kepada Allah. Bukan malah sebaliknya, ia justru menjadi santri untuk kepentingan dunia seperti agar ia bisa menang Pemilu di masa depan dikarenakan seorang santri memiliki nilai lebih di masyarakat misalnya.
Hal tersebut tidak diperkenankan, karena sebagai penerus perjuangan Rasulullah serta para ulama, yang patut diharapkan oleh seorang santri hanyalah ridlo Allah semata. Andaikata suatu saat santri tersebut terpilih untuk menjadi pemimpin, maka ia juga tidak boleh gila akan jabatan dan kedudukan.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran