Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Minimnya Masjid untuk Sholat dan Pemakaman Muslim di Italia

Ade Naura , Jurnalis-Kamis, 13 Agustus 2020 |14:42 WIB
Minimnya Masjid untuk Sholat dan Pemakaman Muslim di Italia
Jawad Al Mehdi menyiram air di makam kakek-neneknya di pemakaman Muslim Azzan San Paulo, Bergamo, Italia (Foto The GroundTruth Project)
A
A
A

BERGAMO – Sedikitnya 43 nama jenazah korban wabah virus corona atau Covid-19 tergantung di depan pintu masuk pemakaman Islam di Azzan San Paolo, Kota Bergamo, Italia. Di antara nama-nama mendiang tersebut adalah Ahmad dan Malika Jawad, kakek-nenek dari Jawad Al Mehdi.

“Mereka adalah tiangnya keluarga Jawad,” ujar El Mehdi lelaki yang lahir dan dibesarkan di Bergamo 21 tahun lalu seperti dilansir dari The GroundTruth Project, Kamis (13/8/2020).

Kakek dan nenek El Mehdi berimigrasi dari Casablanca, Moroko ke Italia pada 1990. Mereka adalah salah satu di antara 16.800 orang lainnya yang meninggal karena komplikasi wabah virus Covid-19 di Lombardy, sebuahd derah di utara Italia.

Baca juga:  7 Fakta Istimewa Khadijah, Istri Rasulullah SAW yang Dikenang Sepanjang Masa

Keluarga Jawad tidak mampu untuk mempersiapkan dan menyediakan pemakaman tradisional yang layak untuk kakek neneknya karena aturan lockdown di Italia. Muslim di negara itu tidak bisa untuk menjalankan pemakaman yang layak di pemakaman Islam.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, sedikitnya ada 60 kotamadya di Italia dari 7.903 kota yang ada, telah menyediakan pemakaman khusus Muslim. Populasi masyarakat Muslim di Italia mencapai lebih dari 2 juta orang.

Terbatasnya tempat untuk pemakaman Muslim di Italia, masih ada hubungannya dengan relasi antara komunitas Muslim dan orang-orang lokal di Italia.

Berdasarkan laporan dari Departemen Amerika serikat tahun 2019, tercatat “hanya ada lima masjid yang diakui oleh pemerintahan Italia dan otoritas umat Islam.”

1.200 masjid lainnya di dalam negeri tercatat sebagai bukan bagian dari pemerintahan.

Baca juga:  Syuting di Masjid Bersejarah, Artis Pakistan Dikecam Warganet

Pada tahun 2017 juga diusahakan untuk mengisi kekosongan hukum, meskipun begitu “umat Muslim masih menghadapi kesulitan dalam mengajukan permintaan untuk membangun masjid bahkan untuk mengoperasikan kembali sebuah masjid,” tulis laporan itu.

Sebelum darurat Covid-19 meluas, para Muslim di Italia tidak menganggap kurangnya pemakaman menjadi prioritas. Mereka lebih khawatir untuk mencari tempat beribadah, bahkan mereka bisa saja menjadikan garasi menjadi sebuah masjid untuk sholat. Ini merupakan suatu darurat atas butuhnya tempat ibadah.

Dengan sedikit bukti, ini disebabkan oleh aktivitas radikalisasi dan terorisme.Terutama, karena ulama radikal Abu Omar diculik di Milan dalam rendition CIA kontroversial di 2003.

"Di bawah alasan terorisme, orang dipaksa untuk berdoa di garasi dan basement, bahkan di trotoar, menyangkal hak mereka untuk membuka masjid," kata penulis Italia Somalia Shirin Ramzanali Fazel baru-baru ini.

Sedikitnya tempat untuk beribadah, maka semakin sedikit juga tempat untuk dijadikan pemakaman. Menurut tradisi Islam, kremasi dan penguburan di atas tanah dilarang.

 

Jenazah harus dikubur dengan wajah menghadap kiblat setelah dimandikan dengan bersih, biasanya dalam waktu 24 jam setelah kematian.

Migran Muslim di Italia harus membayar ribuan Euro jika ingin memulangkan jenazah orang yang mereka cintai ke negara asalnya.

Menurut sebuah makalah 2018 yang diterbitkan oleh Inisiatif untuk Studi Multietnis, sebuah pemikiran yang mempelajari dampak dari migran pada masyarakat Italia, sekitar 90% dari kerabat orangyang sudah meninggal lebih suka untuk memulangkan jenazah anggota keluarga Muslim.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement