GUNUNGKIDUL - Jika pada zaman Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, Bilal bin Rabah dipercaya mengumandangkan azan, pada masa Kerajaan Majapahit ada hal serupa. Adalah Ki Ageng Wonokusumo yang selalu mengumandangkan azan.
Berbicara Gunungkidul tidak bisa dilepaskan dari cerita-cerita pelarian Majapahit dan sejarah perkembangan Mataram Islam. Salah satunya adalah petilasan Ki Ageng Wonokusumo di Dusun Wonotoro, Desa Jatiayu Karangmojo.
Baca Juga: Haji Adam Malik, Anak Madrasah yang Mampu Torehkan Sejarah Gemilang
Ki Ageng Wonokusumo tidak bisa lepas dari sejarah kerajaan Mataram Islam. Wonokusumo tidak bisa lepas dari Sunan Pandanaran di Bayat Klaten, serta KI Ageng Giring III.
Wonokusumo merupakan anak dari Ki Ageng Giring III. Setelah besar, dia pergi ke arah timur laut dan tinggal di Desa Gedangrejo Karangmojo.
Namun, kumandang azan yang dilakukan tidak pernah terdengar baik dari wilayah Giring, Sodo Paliyan, maupun dari Bayat Klaten. Akhirnya, Wonokusumo mencari tempat yang tinggi di Bukit Wonotoro.
Baca Juga: Ini 5 Pesan Perlu Diingat dalam Menasihati Wanita
Dari situlah kumandang azan terdengar sampai Giring tempat ayahnya, serta sampai ke Tempat Sunan Pandanarang di Bayat. Bahkan, upaya berhubungan jarak jauh ketiganya melalui kebatinan bisa dilakukan dari puncak bukit tersebut.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran