7. Apabila luput melakukannya sebelum Shubuh maka boleh diqodho di waktu Dhuha atau setelah sholat Shubuh.
Sahabat yang Mulia Abu Qotadah radhiyallahu’anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat pernah ketiduran saat melakukan perjalanan jauh, mereka bangun setelah terbit matahari, maka disebutkan dalam hadits tersebut,
ثُمَّ أَذَّنَ بِلَالٌ بِالصَّلَاةِ، فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ صَلَّى الْغَدَاةَ، فَصَنَعَ كَمَا كَانَ يَصْنَعُ كُلَّ يَوْمٍ
“…kemudian Bilal radhiyallahu’anhu mengumandangkan adzan sholat, lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melakukan sholat sunnah dua raka’at, kemudian sholat Shubuh. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengamalkan sebagaimana biasa beliau lakukan setiap hari.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Sahabat yang Mulia Qois bin Amr radhiyallahu’anhu meriwayatkan,
رَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يُصَلِّي بَعْدَ رَكْعَتَيْنِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلَاةُ الصُّبْحِ رَكْعَتَانِ»، فَقَالَ الرَّجُلُ: إِنِّي لَمْ أَكُنْ صَلَّيْتُ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ قَبْلَهُمَا، فَصَلَّيْتُهُمَا الْآنَ، فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melihat seseorang melakukan sholat dua raka’at setelah Shubuh, maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Sholat Shubuh dua raka’at saja’. Orang itu berkata: Sesungguhnya aku belum sholat dua raka’at sebelum Shubuh, maka aku melakukan sholat sekarang. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam hanya diam saja.” [HR. Abu Dawud, Shahih Abi Daud: 1267]
8. Lebih afdhal melakukannya di rumah.
Rasulullah ﷺ bersabda
صلُّوا أيُّها الناسُ في بُيوتِكم؛ فإنَّ أفضلَ صلاةِ المرءِ في بيتِه إلَّا الصلاةَ المكتوبةَ
“Sholatlah wahai manusia di rumah-rumah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik sholat seseorang adalah di rumahnya, kecuali sholat wajib.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu’anhu]
9. Disunnahkan setelah sholat qobliyah Shubuh, apabila merasa capek karena sholat tahajjud semalam maka hendaklah berbaring dengan pinggang kanan di bawah. Sunnah berbaring ini hanya dianjurkan di rumah jika dibutuhkan, dengan syarat tidak khawatir ketiduran dan tidak terlambat sholat Shubuh berjama'ah di masjid bagi laki-laki.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata,
...ويَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الفَجْرِ، ثُمَّ يَضْطَجِعُ علَى شِقِّهِ الأيْمَنِ حتَّى يَأْتِيَهُ المُنَادِي لِلصَّلَاةِ
"...Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sholat dua raka’at sebelum Shubuh, kemudian beliau berbaring di atas pinggang kanan, sampai datang kepada beliau muadzin untuk iqomah sholat Shubuh." [HR. Muslim]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
وَفَائِدَةُ ذَلِكَ الرَّاحَةُ وَالنَّشَاطُ لِصَلَاةِ الصُّبْحِ وَعَلَى هَذَا فَلَا يُسْتَحَبُّ ذَلِكَ إِلَّا لِلمتَّهَجُّدِ
"Faidah berbaring sebentar setelah sholat qobliyah Shubuh adalah untuk beristirahat dan agar semangat sholat Subuh, oleh karena itu tidak disunnahkan kecuali untuk orang yang semalam sholat tahajjud." [Fathul Bari, 3/43]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’i rahimahullah juga berkata,
وَذَهَبَ بَعْضُ السَّلَفِ إِلَى اسْتِحْبَابِهَا فِي الْبَيْتِ دُونَ الْمَسْجِدِ
"Sebagian Salaf berpendapat bahwa anjuran berbaring setelah sholat sunnah Shubuh dilakukan di rumah, bukan di masjid." [Fathul Bari, 3/44]
Asy-Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata:
والصحيح هو ما قاله شيخ الإسلام أنه إذا كان الإنسان متعبا من تهجده فإنه يستريح يضطجع على جنبه الأيمن وهذا بشرط ألا يخشى أن يغلبه النوم فتفوته الصلاة فإن خشي فلا ينم
"Pendapat yang benar adalah yang dikatakan oleh Syaikhul Islam, bahwa apabila seseorang merasa capek karena tahajjud, maka hendaklah ia beristirahat dengan berbaring di atas pinggang kanan, namun dengan syarat tidak dikhawatirkan ia akan ketiduran, sehingga luput sholat Shubuh berjama'ah. Jika ada kekhawatiran tersebut maka janganlah ia lakukan." [Syarhu Riyadhis Shalihin, 5/130-131]