PERAN para perempuan dalam Perang Uhud yang tak banyak diketahui. Salah satunya adalah Nusaibah radhiyallahu anha. Berawal pada hari Sabtu, setelah tujuh malam di bulan Syawal berlalu atau selang 32 bulan setelah hijrah, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam keluar bersama 1.000 pasukan untuk memenuhi tantangan kaum kafir Quraisy yang mengajak umat Islam kembali berperang.
Dikutip dari nu.or.id, Ustadz Sunnatullah, pengajar di Pondok Pesantren Al Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan, Jawa Timur, menceritakan ketika terik matahari mulai beranjak ke tengah langit yang menandakan waktu siang, sambil menenteng sekaleng air minum Nusaibah radhiyallahu anha pergi dan beranjak ke medan peperangan di Uhud. Ia tidak ingin duduk dengan nyaman di rumah, sementara Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam lelah dan susah payah untuk menegakkan ajaran Islam, meski harus berperang.
Baca juga: Masjidil Haram Miliki Robot Canggih, Mampu Jawab Pertanyaan Jamaah dalam 11 Bahasaย
Gejolak cinta kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam membuat dia rela berpanas-panasan untuk pergi ke Uhud, guna ikut andil dalam menjunjung tinggi agama dan syariat Islam, walaupun hanya dengan memberikan minum kepada bala tentara Islam. Setelah semua keluarganya,mulai dari suami dan kedua anak laki-lakinya berangkat terlebih dahulu bersama para pasukan Islam yang lain.
Sampai di Uhud, Nusaibah menjalankan tugasnya dengan baik. Ia membagikan air minum kepada bala tentara Islam. Setidaknya hal tersebut mampu menghilangkan sedikit dahaga, dan menambah cairan tubuh yang terkuras, sekaligus untuk membuktikan bahwa ia adalah wanita pemberani yang tidak takut akan berkecamuknya peperangan.
Namun, hal yang tak diinginkan terjadi. Ketika secara mendadak, pasukan musuh menyerang balik pasukan Islam, dan menusuk pertahanan tentara Islam, hingga menjebol benteng pertahanan yang di dalamnya terdapat komandan pasukan Islam Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam.
Melihat nyawa sang kekasih yang ada di hadapannya sedang terancam, Nusaibah tak tinggal diam. Kecintaan yang mendalam terhadap sosok nabi terakhir itu, menuntutnya untuk mengambil sebilah pedang dan menghadang musuh yang hendak menyerang dan membunuh Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam.
Tebasan pedang yang mendekati tubuh sang kekasih, ia hadang dan tahan dengan kemampuan berperang yang baru saja ia dapatkan. Hingga akhirnya, Nusaibah harus mengorbankan tebasan pedang musuh mengenai lehernya, serta meninggalkan luka yang membekas.
Melihat sayatan luka yang dalam, para sahabat mengingatkan kepadanya untuk menghentikan aksinya, namun benih cinta yang telah tumbuh dalam dirinya telah membutakan semua peringatan itu. Sekali lagi, ia tidak ingin hidup nyaman sementara kekasihnya terancam.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (wafat 852 H), dalam salah satu kitabnya menceritakan sebuah riwayat perihal Nusaibah, saat ditanya perihal luka-luka yang menyayat badannya, kemudian menceritakan kisah heroiknya ketika melindungi Rasulullah. Dalam kitab al-Ishabah disebutkan:
โKetika para sahabat kocar-kacir dalam peperangan Uhud, aku memberanikan diri untuk menyibakkan pedang, dan melontarkan anak panah untuk melindungi Rasulullah dari serangan musuh. Ketika musuh Allah, Ibnu Qamiโah berhasil merangsek masuk ke dalam pertahanan, hingga mendekati Rasulullah, aku pun berlari dan menghalangi langkah dan maksud buruknya.
Dengan sekuat tenaga, aku melawannya. Namun, perlawananku tak membuahkan hasil karena dia memakai pelindung dan tameng di sekujur tubuhnya sehingga sabetan pedangnya pun mengenai leherku, dan meninggalkan gores luka yang sangat dalam.โ (Imam Ibnu Hajar, al-Ishabah fi Tamyizi as-Shahabah,[Beirut, Darul Jaili: 1412], juz VIII, halaman 265)
Saksi mata yang juga turut hadir dalam heroiknya perang Uhud kala itu memberikan pernyataan akan kegigihan dan pengorbanan Nusaibah dalam melindungi Rasulullah. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
โSungguh aku melihat Nusaibah saat itu berjibaku dalam menangkis serangan Ibnu Qamiโah yang bermaksud membunuh Rasulullah. Hingga ia terkena sabetan pedang yang tepat mengenai lehernya. Sebanyak 13 bekas sabetan pedang di sekujur tubuhnya, dan tangan yang hampir putus ialah bukti ketulusan cintanya kepada Rasulullah.โ (Ibnu Saโad, ath-Thabaqat al-Kubra, [Beirut, Darus Shadir], juz VIII, halaman 415)
Menurut Syekh Yusuf (wafat 1384 H), di saat yang bersamaan, Nusaibah mendapatkan apresiasi luar biasa dari kekasihnya, Rasulullah. Beliau mengakui kegigihannya. Bahkan, ketika Rasulullah ditanya kejadian perang Uhud, serta peran dari Nusaibah bint Kaโab, beliau bersabda,
ู ูุง ุงููุชูููุชูู ููู ููููุงู ููููุง ุดูู ูุงูุงู ุฅููููุง ููุฃูููุง ุฃูุฑูุงููุง ุชูููุงุชููู ุฏููููููู
Artinya, โTidaklah aku menoleh ke sisi kanan maupun kiri, melainkan aku melihat dia (Nusaibah) berperang untuk melindungiku.โ (Syekh Yusuf, Hayatu as-Shahabah, [Muassasah ar-Risalah: 1999], juz II, halaman 130)
Kecintaannya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam yang telah menjalar dalam diri Nusaibah binti Kaโab terbalas dengan pujian sang kekasih kepadanya. Dalam beberapa riwayat Rasulullah memujinya melebihi beberapa sahabat laki-laki yang berperang saat itu,
ููู ูููุงู ู ููุณูููุจูุฉู ุจูููุชู ููุนูุจู ุงููููููู ู ุฎูููุฑู ู ููู ู ูููุงู ู ููููุงูู ููููููุงูู
Artinya, โSungguh tingkat dan kedudukan Nusaibah binti Kaโab hari ini (Perang Uhud), lebih mulia dari orang-orang tersebut (menunjuk para komandan perang dari kalangan laki-laki).โ (Syamsuddin ad-Dzahabi, Siyaru Aโlami an-Nubala, [Muassasah ar-Risalah: 1985], juz II, halaman 278)
Baca juga: Apakah Puasa Syawal Harus 6 Hari Berturut-turut?ย
Demikian potret cinta yang tergambar dari sosok Nusaibah, ia mendapatkan cinta balasan dari sang kekasih. Ketulusannya membuah Rasulullah membalas cintanya, yang diwujudkan dalam bentuk perhatian dan kegembiraan atas keselamatan dari Nusaibah. Dalam sebuah riwayat dijelaskan:
โPasca-perang Uhud, dan kepulangan Rasulullah dari daerah Hamraโ al-Asad, ia tak bisa beristirahat dengan tenang sebelum mengutus salah seorang sahabatnya, Abdullah bin Kaโab (saudara Nusaibah) untuk mengecek kondisi Nusaibah. Hingga ia mendapat kepastian akan keselamatannya. Sambil ditemani rasa lega dan gembira atas keselamatan Nusaibah, ia pun beristirahat dengan tenang.โ(Al-Asqalani: VIII/265)
Demikian sekilas sejarah sahabat wanita Nusaibah bint Kaโab. Perjuangannya untuk sang kekasih sangat besar, bahkan nyawa hampir menjadi taruhannya. Ia tidak peduli akan dirinya, tak peduli akan keselamatannya, yang penting Rasulullah dalam keadaan selamat, ia rela sekalipun harus tertukar dengan nyawanya. Demikianlah cinta yang sebenarnya. Ia tidak akan memperhitungkan apa yang diberikan kepada kekasih. Sepanjang bisa membuat bahagia kekasihnya, apa pun akan dilakukan untuk meraih kebahagiaan itu.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News