Pahlawan Wanita
Jika selama ini kita mengenal sosok Sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dengan penuh kesabaran, dan istri-istrinya yang salehah, bahkan menjadi ibu dari semua orang-orang beriman (ummahatul mu’minin), maka tidak ada salahnya jika saat ini penulis menjelaskan salah satu sosok wanita yang sangat berperan dalam perjuangan Rasulullah, khususnya di saat meletusnya perang Uhud.
Sebagaimana jamak diketahui bersama, wanita memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan Islam, baik di masa-masa dikenalkannya Islam, yaitu masa Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, hingga masa saat ini, mereka selalu andil dalam mewarnai ajaran samawi yang satu ini.
Dalam banyak catatan sejarah, wanita tidak hanya sosok yang berperan di belakang panggung, atau bersembunyi di balik peran seorang lelaki. Terkadang beberapa dari mereka memiliki peran yang tak kalah pentingnya dari peran lelaki.
Di antara sekian banyak wanita itu adalah Ummu Imarah Nusaibah binti Ka'ab. Salah satu sahabat wanita yang berjumpa dengan Rasulullah dan beriman pada ajaran yang dibawanya. Kiprah dan peran wanita yang satu ini dalam perkembangan Islam layak mendapatkan apresiasi, bahkan sangat tepat jika mendapatkan julukan; the fighter woman (petarung wanita yang kuat).
Jika selama ini petarung hebat hanya muncul dari sosok seorang laki-laki, maka semua itu tidaklah benar. Sebab, pada masa Rasulullah ada salah satu wanita yang juga hebat dalam berperang melawan orang-orang kafir yang memusuhi nabi saat itu.
Salah satu pakar sejarah Islam abad 13, Imam Khairuddin Mahmud bin Muhammad az-Zarkili ad-Dimisyqi (wafat 1396 H), dalam kitabnya menisbatkan julukan tersebut kepada sahabat wanita yang satu ini,dalam kitabnya disebutkan:
أُمُّ عِمَارَة نُسَيْبَة بِنْتِ كَعَب بِنْ عَوْفِ، مِنْ بَنِي النَّجَّارِ: صَحَابِيَّةُ، اِشْتَهَرَتْ بِالشَّجَاعَةِ.
Artinya, “Ummu Imarah Nusaibah binti Ka’ab bin A’uf, dari distrik an-Najjar. Salah seorang sahabat wanita yang terkenal keberaniannya. Ia tergolong sebagai prajurit perang pemberani dan patriotik." (Imam Az-Zarkili, al-A’lam li Asyhuri ar-Rijali wa an-Nisai min al-Arabi wa al-Musta’rabin wa al-Mustasyriqin, [Darul Ilmi: 2002], juz VIII, halaman 19)
Allahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)