Mendengar hal tersebut, Abu Nawas langsung mendekati saudagar itu. "Wahai tuan, negeri kami sedang mengalami masa paceklik. Banyak di antara kami yang hidup miskin. Seumpama uang Anda ditemukan oleh orang yang mengalami kesusahan, maukah tuan memberikan sedikit uang secara halal?" ucap Abu Nawas.
"Berapa yang diinginkannya?" tanya saudagar kaya itu.
"Sepersepuluhnya, tuan," jawab Abu Nawas.
"Aku tidak akan memberikannya sedikit pun, jika ia tidak mengembalikannya kepadaku maka di akhirat nanti akan kutuntut di hadapan Allah Subhanahu wa ta'ala," ucap saudagar kaya itu.
Mendengar perkataan tersebut, Abu Nawas segera kembali ke rumahnya dan menceritakan kepada istrinya bahwa ia telah menemukan pemilik kantong uang itu.
"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengembalikan uang itu?" tanya Abu Nawas kepada istrinya.
Mendengar hal itu, istrinya agak marah, "Aku dan anak-anakmu telah menderita kemiskinan bersamamu selama 50 tahun, bahkan saat ini kita hanya mempunyai satu pakaian dan dipakai bergantian untuk sholat."
"Selama hidup kita belum makan buah dan daging. Datangilah pemiliknya, desaklah dia agar memberikan sepersepuluh dari uangnya itu. Jika ia tidak setuju maka mintalah seperseratusnya. Tapi jika masih tidak setuju, maka mintalah seperseribunya yang berarti menerima 1 dinar karena 1 dinar lebih baik daripada tidak sama sekali," ujar sang istri.
Mendengar penjelasan istrinya itu, Abu Nawas lalu pergi kembali menemui saudagar kaya di pasar.
"Hai tuan, sebenarnya sayalah penemu kantong berisi uang. Apakah tuan bersedia memberikan sedikit uang tersebut kepada saya meskipun hanya 1 dinar, karena beberapa hari ini keluarga saya belum makan tuan," jelas Abu Nawas.
Namun, saudagar kaya itu tetap pada pendiriannya untuk tidak memberikan uang tersebut. Maka diajaklah saudagar itu ke rumah Abu Nawas.