CERITA lucu Abu Nawas kali ini bermula dari seorang menteri istana yang mempunyai anak suka menabuh rebana. Mungkin hal ini sekilas terlihat wajar, tapi di balik kebiasaan itu membuat orangtuanya sangat terganggu. Bagaimana tidak, baik siang maupun malam, si anak terus menabuh rebana.
Perilaku ini tentu saja membuat orangtuanya resah setiap malam. Saat menjelang istirahat, si anak masih saja menabuh rebana.
BACA JUGA:Cerita Lucu Abu Nawas dan Raja Kerjai Laki-Laki Pelit sampai Menangis MerengekÂ
Ia akan berhenti manakala sudah mulai mengantuk. Begitu juga saat siang hari ketika suasana terik matahari yang panas si anak menabuh rebana tanpa henti.
Dikarenakan sudah tidak tahan dengan perilakunya, sang ayah yang seorang menteri coba menasihati, tapi si anak tidak peduli. Ini membuat ayahnya emosi lalu rebana yang ada di tangan anaknya segera direbut dan dibuang.
Melihat hal itu, anaknya langsung mengamuk. Ia berteriak semalaman sampai pagi, bahkan nekat akan terjun ke sumur.
Untunglah beberapa pekerja rumah segera menghalau niat anak sang menteri. Atas kejadian ini dengan sangat terpaksa tuan menteri mengembalikan rebana kepada anaknya. Si anak pun kembali ceria dan menabuh rebananya tanpa henti. Suatu ketika salah satu pekerja menghadap tuan menteri.
"Ampun tuan menteri, sepertinya anak tuan diganggu makhluk halus, sebab perilaku dan kebiasaannya tidak wajar. Kenapa tuan tidak minta bantuan orang pintar?" kata si pelayan menyarankan, seperti dikutip dari kanal YouTube Humor Sufi Official, Ahad (22/1/2023).
BACA JUGA:Cerita Abu Nawas Titip Emas ke Perampok Sadis, Ending-nya Bikin Takjub BangetÂ
Atas saran si pelayan maka dipanggillah seorang tabib untuk menyembuhkan kebiasaan aneh anak tersebut. Sang tabib menasihati kepada si anak bahwa jika terus menabuh rebana akan melubangi gendang telinganya. Namanya saja anak kecil, dia tidak menghiraukan nasihat tersebut.
Dikarenakan usahanya tidak membuahkan hasil, esok harinya dipanggillah tabib kedua. Tapi tabib kedua mengatakan bahwa menabuh rebana adalah kegiatan suci dan harus dilakukan hanya pada acara-acara khusus. Usaha ini juga menemui kegagalan.Â
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Maka dipanggillah tabib ketiga. "Hamba perhatikan anak tuan memang susah dikendalikan, lebih baik kalian mengalah saja sebagai orangtua," kata tabib ketiga.
"Mengalah bagaimana maksudnya?" tanya tuan menteri.
"Biarkan anak tuan menabuh rebana sesuka hati. Agar tuan sekeluarga tidak terganggu, tutup telinga dengan kapas," saran tabib ketiga.
Namun saran tersebut ditolak mentah-mentah oleh keluarga tuan menteri. Hari berikutnya tuan menteri memanggil tabib keempat. Sang tabib membawakan buku berisi cerita dongeng anak. Ia pun mendekati anak tuan menteri dan membacakan cerita yang ada di dalam buku tersebut.
Awalnya si anak tertarik, tapi akhirnya memilih kembali menabuh rebana. Usaha tabib keempat pun dianggap gagal.
Begitu juga dengan tabib kelima, meskipun membacakan mantra, si anak tetap saja tidak menunjukkan perubahan. Hal ini membuat tuan menteri kewalahan menghadapi anak satu-satunya itu.
Sampai akhirnya terlintas di benaknya untuk meminta bantuan Abu Nawas. Maka, pergilah tuan menteri menemui Abu Nawas.
Ia pun menceritakan permasalahan yang sedang dialami. Setelah mendengar keluhan tuan menteri, Abu Nawas kemudian bertanya, "Di rumah tuan apakah ada palu dan pahat?"
Mendengar pertanyaan tersebut, tuan menteri menjadi heran. "Ada, tapi apa hubungannya Abu Nawas?" kata tuan menteri balik bertanya.
"Nanti tuan juga akan tahu. Ayo lebih baik kita segera ke rumah tuan," ajak Abu Nawas.Â
Singkat cerita sampailah Abu Nawas di rumah tuan menteri. Di sana Abu Nawas terus memerhatikan si anak yang tengah asyik menabuh rebana tanpa henti.
Abu Nawas lantas berkata kepada tuan menteri, "Mana palu dan pahatnya?
Tuan menteri pun segera memberikannya. Abu Nawas lalu mendekati si anak dengan membawa palu dan pahat.
"Aku perhatikan kamu semangat sekali menabuh rebana?" tanya Abu Nawas.
"Iya karena bunyinya keras dan merdu," jawab si anak.
"Benarkah? Akujadi penasaran ingin tahu apa yang ada di dalam rebana itu. Coba kamu congkel isinya," balas Abu Nawas sambil memberikan palu dan pahat.
Si anak yang juga penasaran menuruti apa yang dikatakan Abu Nawas. Dia langsung memahatnya dengan palu sehingga membuat rebana tersebut pecah dan tidak bisa lagi digunakan.
Si anak pun hanya bisa menyesali nasibnya. Ia mau menangis dan mengamuk tapi tidak berani karena yang merusak rebananya adalah diri sendiri.
Wallahu a'lam bisshawab.Â
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.