ABU Nawas pada suatu hari pergi ke luar kota. Ia hendak menemui sahabatnya di negeri seberang. Kedatangan Abu Nawas pun disambut hangat sang sahabat.
"Wahai sahabatku, bagaimana kabarmu?" tanya Abu Nawas seperti dinukil dari kanal YouTube Humor Sufi Official.
"Alhamdulillah aku sehat walafiat. Mari silakan masuk Abu Nawas," sambut kawannya.
Setelah lama berbincang-bincang, kemudian sahabatnya ini mengajak Abu Nawas jalan-jalan. "Ayolah kita jalan-jalan. Aku juga ingin mencari udara segar," kata Abu Nawas.
Mereka berdua lantas jalan-jalan menyusuri kota tersebut. "Di kota ini sekarang ramai Abu Nawas, tidak seperti dulu waktu kamu ke sini," ujar sang sahabat.
"Kamu benar, banyak sekali perubahan. Suasana di kotamu sekarang menjadi ramai sekali," ucap Abu Nawas.
Akhirnya sampailah mereka di sebuah pasar burung. Di sana Abu Nawas melihat ada seekor burung dijual dengan harga yang cukup mahal. Dalam hati ia berkata, "Beruntung sekali penjualnya, burung sekecil itu bisa laku dengan harga mahal."
Guna memastikannya, Abu Nawas lalu mendatangi si pembeli. "Hai kawan, berapa harganya?" tanya dia.
"Saya membelinya 100 dinar," jawab orang tersebut.
"Kau beli 100 dinar untuk burung sekecil itu? Apa tidak menyesal?" tanya Abu Nawas lagi.
"Ya tidaklah, menurutku harga segitu sudah layak," balas orang tersebut.
"Aneh sekali. Apa mungkin di kota ini hewan-hewan harganya mahal?" pikir Abu Nawas.Â
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Follow Berita Okezone di Google News
Setelah selesai jalan-jalan, Abu Nawas pamit pulang kepada sahabatnya. Sesampainya di rumah, dia terus memikirkan kejadian yang dilihat di pasar burung.
"Aku tidak habis pikir kenapa burung sekecil itu bisa laku dengan harga yang mahal. Oh iya, bukankah aku punya seekor ayam. Kalau aku jual di sana pasti harganya akan mahal, karena ayamku tubuhnya lebih besar dan lebih banyak dagingnya," pikir Abu Nawas.
Keesokan harinya Abu Nawas kembali berangkat menuju kota sahabatnya dengan membawa seekor ayam. Kali ini ia tidak mampir ke rumah sang sahabat, melainkan langsung menuju pasar hewan.
Setibanya di sana, Abu Nawas menawarkan ayamnya kepada orang-orang dengan harga 200 dinar.
"Berapa harganya tuan?" tanya salah satu pembeli.
"Murah kawan, hanya 200 dinar," jelas Abu Nawas.Â
Si pembeli tentu saja kaget mendengarnya. Ia pun langsung meninggalkan Abu Nawas tanpa menawarnya.
Sampai waktu menjelang siang, ayam Abu Nawas tidak kunjung laku. Tidak ada satu pun yang berminat membeli ayam tersebut.
Rata-rata mereka menawarnya hanya dengan harga 5 dinar. Hal ini membuat Abu Nawas kecewa, lalu meluapkan kekesalannya kepada orang-orang di pasar.
"Apa-apaan ini! Kemarin aku melihat ada seekor burung bisa laku 100 dinar, tetapi ayam milikku yang begini indah dan ukurannya jauh lebih besar ditawar hanya 5 dinar," teriak Abu Nawas.
Sontak orang-orang pun terkejut dengan teriakan Abu Nawas. "Ada apa tuan? Jangan teriak-teriak seperti itu, nanti orang-orang ketakutan," ujar salah satu warga.
Kebetulan sahabat Abu Nawas melintas di tempat itu. Ia pun segera menghampirinya. "Tenanglah Abu Nawas, ada apa ini?" tanya sahabatnya.
"Kemarin waktu kita jalan-jalan ke pasar ini, aku melihat ada seekor burung kecil laku dengan harga 100 dinar, tapi kenapa ayamku yang indah dan besar ini malah hanya ditawar 5 dinar? Ini kan aneh!" ungkap Abu Nawas.
"Oh burung yang kemarin itu, kamu salah paham Abu Nawas, itu bukan burung biasa. Burung itu adalah burung beo. Keistimewaan burung beo bisa bicara seperti manusia. Jadi wajar kalau harganya mahal, bukan karena tubuhnya kecil," terang sang sahabat.Â
Sejenak Abu Nawas terdiam. Ia pun mulai menyadari atas kekeliruannya. Tapi untuk menutupi rasa malu, Abu Nawas berkata, "Kalau burung itu bisa bicara, ayamku ini malah bisa berpikir," katanya.
"Berpikir? Maksudnya bisa berpikir seperti manusia?" tanya sahabatnya penasaran.
"Benar sekali. Dia tahu mana ayam betina dan jantan. Buktinya dia tidak mau mengawini ayam jantan," ucap Abu Nawas.
Mendengar itu, orang-orang yang ada di pasar seketika tertawa terpingkal-pingkal. Allahu a'lam bisshawab.Â
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.