Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Penuh Sejarah, Masjid Jami Al Atiq di Kampung Melayu Dahulu Tempat Berlindung Pejuang Kemerdekaan

Muhammad Farhan , Jurnalis-Selasa, 16 Mei 2023 |10:24 WIB
Penuh Sejarah, Masjid Jami Al Atiq di Kampung Melayu Dahulu Tempat Berlindung Pejuang Kemerdekaan
Masjid Jami Al Atiq di Kampung Melayu menyimpan banyak sejarah. (Foto: Muhammad Farhan/MNC Portal)
A
A
A

MASJID Jami Al Atiq di Kampung Melayu menyimpan jejak sejarah yang sangat penting. Masjid megah ini tepatnya berada di Jalan Kampung Melayu Besar Nomor 1, RT 03 RW 01, Bidara Cina, Tebet, Jakarta Selatan.

Masjid Jami Al Atiq merupakan salah satu masjid tertua yang terletak di perbatasan antara Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Lokasi masjid ini dipisahkan Kali Ciliwung.

Masjid Jami Al Atiq di Kampung Melayu. (Foto: Muhammad Farhan/MNC Portal)

Pada awal didirikan, Masjid Jami Al Atiq masih berupa mushola dengan empat tiang pancang. Mushola tersebut didirikan sebagai tempat bersemayam pasukan Kesultanan Banten yang menyerbu pemerintah kolonial Belanda di Batavia (kini DKI Jakarta).

Berdasarkan keterangan tertulis yang dipajang di majalah dinding masjid, tempat ibadah umat Islam ini dibangun pada tahun 1619 Masehi. Hal itu sebagaimana diterangkan salah seorang ulama penghulu yang telah wafat pada 1933 yakni Maidi Khalifah.

"Masjid yang kini bernama Al Atiq tersebut dulu dibangun oleh kaum Muslimin yang hijrah dari daerah yang diduduki VOC Belanda saat berhasil menduduki Batavia pada 1619," tulis keterangan Dewan Kemakmuran Masjid Al Atiq. 

Menurut keterangan tersebut, umat Islam yang mendirikan masjid ini merupakan kelompok Pangeran Jayakarta yang ikut berjuang melawan penjajah Belanda. Akan tetapi di situ tertulis Pangeran Jayakarta beserta rombongan pergi meninggalkan masjid ini dan pindah ke wilayah Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.

Selain itu, nama masjid ini dulu adalah Masjid Kandang Kuda karena berada di perkampungan tukang sado (delman) kala itu. Kemudian berubah menjadi Masjid Jami Kampung Melayu, sehingga menjadikan nama yang sama untuk wilayah sekitar hingga Jakarta Timur.

Adapun pemberian nama Kampung Melayu tersebut, berdasarkan keterangan, mengartikan sebagai Kampung Pelarian.

"Konon kabarnya nama Kampung Melayu diambil dari bahasa Jawa, Melayu yang artinya Lari atau Pelarian. Jadi masjid dan nama daerah ini berartikan tempat pelarian," lanjut keterangan tersebut. 

Pemberian nama Al Atiq berdasarkan kesepakatan pengurus masjid pada tahun 1949. Nama Al Atiq diartikan sebagai Kemerdekaan karena pada 27 Desember 1949 adanya peristiwa Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dihelat menegaskan penyerahan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda kepada Indonesia.

Baru setelah itu pada tahun 1970-an, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan nama Masjid Jami Al Atiq hingga sekarang. Peresmian oleh Ali Sadikin juga dibarengi pemugaran yang dibantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan anggaran Rp3.500.000 kala itu.

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement