Ada pula pakaian ihramnya masih di koper kabin. Sedangkan kopernya sudah diletakkan ke dalam bagasi bus. Dampaknya, Daker Bandara harus mengeluarkan ihram cadangan yang harusnya disediakan untuk jamaah lansia.
"Kami mengimbau kepada jamaah untuk sudah mengenakan kain ihram sebelum turun di bandara. Karena waktu yang kita miliki di sini sangat sempit," kata Kepala Seksi (Kasi) Pembimbing Ibadah (Bimbad) Daerah Kerja (Daker) Bandara Khairun Naim.
Dikatakan Khairun, petugas bandara King Abdul Aziz atau Al Wukala, bukannya tidak memahami kondisi dari jamaah Indonesia. Tapi, lanjut Khairun, tugas dari Wukalla bukan hanya mengurus jamaah Indonesia. Mereka bertanggung jawab pada alur pergerakan jamaah haji sejak turun pesawat sampai ke atas bus. Jika ada keterlambatan akan berpengaruh pada jamaah haji dari negara lain.
Imbasnya seperti tadi, jamaah haji harus berihram di dalam bus, karena tugas dari al wukalla menjaga kelancaran dan alur perjalanan. "Petugas haji Indonesia tidak mungkin terus terusan bertengkar dengan petugas Arab Saudi Al Wukala. Karena pihak Wukala menginginkan bus segera keluar bandara. Sedangkan jemaah haji Indonesia belum berihram dan berniat umrah," tandasnya.
Kepala Daker Bandara Haryanto mengharapkan jamaah haji Indonesia bisa mematuhi edaran yang sudah disampaikan agar mengenakan kain ihram sejak di embarkasi. Karena saat tiba di bandara waktu yang dimiliki tidak telalu banyak untuk berganti kain ihram apalagi mandi.
Daker Bandara, lanjut Haryanto memang menyediakan kain ihram untuk antisipasi kondisi darurat. Kain itu disiapkan jika ada jamaah lansia atau berkebutuhan khusus ihramnya terkena najis karena keterbatasan fisik yang dimiliki.
"Kami siapkan sekitar 50 kain ihram di bandara. Harapannya, untuk antisipasi kondisi darurat," ujar Haryanto.
(Zuhirna Wulan Dilla)