JEDDAH - Beberapa masalah yang dialami jamaah Indonesia juga dirasakan Malaysia.
Persoalan muncul dalam rentang 8 – 13 Zulhijah, saat penyediaan layanan menjadi tanggung jawab dari Mashariq saat fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina).
Direktur Eksekutif Haji pada Tabung Haji Malaysia Dato Sri Syed Saleh mengatakan, Malaysia juga menghadapi masalah yang sama di Masyair. Syed menjelaskan, sejak 20 hari sebelum wukuf sudah melakukan pengecekan dan saat itu belum siap. Bahkan nampak tim Mashariq baru mulai kerja.
"Kami selalu dijanjikan bahwa semua akan siap sebelum hari H. Namun, setelah ditinjau lagi sepekan kemudian, tidak jauh beda,” kata Syed Saleh saat berkunjung ke kantor Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah di Syisyah, Jumat (7/7/2023).
Mashariq adalah nama Syarikah yang mendapat izin dari otoritas Saudi untuk memberikan layanan kepada jamaah selama di Armina. Indonesia, Malaysia, dan sejumlah negara Asia Tenggara lainnya, menjalin kerja sama dengan Mashariq dalam penyediaan layanan jamaah haji.
Syed menyebutkan, ada fasilitas yang tidak siap digunakan, air juga tidak cukup. Masalah air di Arafah menjadi isu cukup besar. Katering di Arafah juga lambat. Ditambah pelayanan di Mina juga amat parah. Tabung Haji juga menekankan ke Mashariq, bahwa tidak seharusnya mereka menerima jamaah non kuota dalam maktab. Harus ada maktab khusus bagi jamaah furoda dan non kuota.
Selain soal keterlambatan, Syed Saleh menyoroti kualitas katering di Armina. Menurut dia, ada juga sajian dengan menu hanya nasi dan telur saja. Makanan juga lambat datang di Mina sehingga menjadi isu besar.