Lantas pemuda tersebut berjalan bersama sapi menemui ibunya. Sang ibu berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau orang fakir. Engkau tidak memiliki harta. Engkau kerepotan mencari kayu bakar di siang hari dan melakukan qiyamul lail di malam hari. Oleh karena itu, pergilah. Jual sapi ini."
Si anak bertanya, "Aku jual dengan harga berapa?"
Ibunya menjawab, "Tiga dinar. Engkau jangan menjual tanpa pertimbanganku." Harga sapi telah dipatok tiga dinar. Sang pemuda pun berangkat ke pasar.
Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus malaikat agar melihat makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya sekaligus untuk menguji pemuda tersebut bagaimana baktinya kepada ibunya. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui hal tersebut.
Sang malaikat bertanya, "Kamu jual sapi ini dengan harga berapa?"
Dia menjawab, "Tiga dinar. Dengan catatan ibuku meridainya."
Lantas malaikat berkata, "Aku beli enam dinar. Tetapi engkau tidak perlu meminta persetujuan ibumu."
Pemuda itu berkata, "Seandainya engkau memberiku emas seberat sapi ini pun, aku tidak akan mengambilnya melainkan dengan rida ibuku."
Kemudian dia membawa pulang sapi kepada ibunya dan menceritakan tentang harganya. Lalu sang ibu berkata, "Kembali lagi, juallah dengan harga enam dinar berdasarkan rida dariku."
Dia pun berangkat ke pasar dan menemui malaikat. Sang malaikat bertanya, "Apakah engkau telah meminta persetujuan ibumu?"
Pemuda itu menjawab, "Beliau menyuruhku agar tidak mengurangi harganya dari enam dinar dengan catatan aku meminta persetujuan ibu."
Sang malaikat berkata, "Aku akan memberimu dua belas dinar."
Pemuda itu pun menolak, lalu kembali kepada ibunya dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Ibunya berkata, "Sungguh, orang yang mendatangimu adalah malaikat dalam bentuk manusia untuk mengujimu. Jika dia mendatangimu lagi, katakan padanya, 'Apakah engkau memerintahkan kami untuk menjual sapi ini ataukah tidak?'."
Pemuda itu pun melakukan hal tersebut, lalu malaikat berkata, "Kembalilah kepada ibumu. Dan tolong sampaikan padanya, 'Biarkanlah sapi ini. Sungguh Nabi Musa bin Imran 'Alaihis salam akan membelinya dari kalian untuk mengungkap korban pembunuhan seseorang di kalangan kaum Bani Israil. Janganlah engkau menjualnya kecuali dengan kepingan dinar yang memenuhi kulitnya. Oleh karena itu, tahan dulu sapi ini'."
Allah Subhanahu wa Ta'ala memang menakdirkan orang-orang Bani Israil yang menyembelih sapi itu. Mereka terus-menerus menanyakan ciri-ciri sapi tersebut dan ternyata sesuai dengan sapi milik pemuda salih tersebut. Ini merupakan imbalan bagi pemuda itu atas baktinya kepada sang ibu sebagai anugerah dan kasih sayang.
Akhirnya mereka membeli sapi tersebut dengan emas sepenuh kulit sapi. Lantas mereka menyembelih sapi itu, kemudian memukulkan bagian dari sapi kepada korban pembunuhan sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Selanjutnya orang yang terbunuh bangkit, hidup lagi dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala, sedang urat lehernya masih mengalirkan darah. Lalu dia berkata, "Yang membunuhku adalah fulan." Kemudian dia jatuh dan mati di tempatnya. Maka, si pembunuh terhalang mendapat warisan.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)