Sebagaimana dilaporkan laman About Islam, ayat tersebut menjelaskan bahwa matahari terbenam di tempat "Zulkarnain menemukannya terbenam" yaitu di "laut yang berlumpur hitam (keruh)".
Hal ini bukan berarti tempat sebenarnya di mana matahari terbenam, tetapi tempat di mana matahari terlihat masuk di ujung barat samudera yang terlihat keruh dan seperti lumpur hitam.
Saat itu Zulkarnain dalam ekspedisinya sampai di suatu tempat saat matahari tampak tenggelam di sebelah barat. Lalu kita juga mengetahui bahwa saat senja di pesisir laut ataupun danau di sebelah barat, orang-orang dapat melihat matahari terlihat terbenam masuk ke dalam air.
Begitu juga dengan terjadinya fenomena guruh atau petir. Dalam ilmu sains, guruh adalah gelombang kejut suara yang dihasilkan akibat terjadinya pemanasan dan pemuaian udara yang sangat cepat ketika dilewati oleh sambaran petir.
Berbeda dengan penjelasan ilmiah tersebut, ternyata umat Islam meyakini guruh dimaknai bukan sekadar fenomena alam semata. Guruh diabadikan menjadi salah satu nama surat dalam Alquran yaitu Surat Ar-Ra'd.
Semua cendekiawan Islam, baik kuno maupun modern, setuju bahwa guruh adalah peran dari malaikat yang sedang melaksanakan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala di alam semesta. Malaikat juga dipercaya ada untuk mengatur kekuatan alam.
Misalnya malaikat Jibril yang menjalankan perintah dari Allah Azza wa jalla untuk menyampaikan wahyu kepada para nabi dapat muncul sebagai orang yang mampu berbicara yang sesuai dengan tugasnya. Demikian pula dengan banyak malaikat lain yang melaksanakan perintah dari Allah Ta'ala.
Hal tersebut tidak mengesampingkan kemungkinan keberadaan malaikat sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang taat melaksanakan perintah-perintah-Nya atau bekerja di belakang apa yang disebut fenomena alam.