KETAHUI 5 contoh nun taukid tsaqilah dan khofifah serta cara membacanya berikut ini. Nun taukid dan khofifah termasuk ilmu shorof, salah satu cabang dalam ilmu tata bahasa Arab yang membahas permasalahan bentuk suatu kalimat atau kata, baik tentang perubahan bentuk, penambahan huruf, susunan huruf yang membentuk kata.
Nun taukid sendiri terbagi menjadi dua, yakni nun taukid tsaqilah (nun bertasydid) dan nun taukid khofifah (nun sukun).
Dikutip dari Medium, Selasa (20/8/2024), nun taukid merupakan salah satu 'amil yang dapat masuk pada fi'il yang selain dari menunjukkan terhadap zaman ماض (masa lampau) dan حال (yang sedang terjadi), yaitu terhadap fi'il amar dan fi'il mudori' yang menunjukkan terhadap zaman إستقبال (yang akan terjadi).
Nun taukid terbagi menjadi dua bagian, yaitu tsaqilah dan khofifah.
1. Nun taukid tsaqilah
Nun taukid tsaqilah merupakan nun taukid yang mempunyai harokat. Adapun harokatnya adalah fathah ketika masuk pada fi'il yang selain dari tatsniyah dan jama' muannats, dan kasroh ketika masuk pada fi'il tatsniyah serta jama' muannats.
2. Nun taukid khofifah
Nun taukid khofifah adalah nun taukid yang tidak mempunyai harokat atau disukunkan. Berbeda halnya dengan nun taukid tsakilah yang akan barharokat kasroh ketika masuk pada fi'il tatsniyah dan jama' muannats, nun taukid tsakilah justu tidak masuk pada kedua jenis fi'il ini.
Dilansir laman Ardyfirstx.wordpress, kedua nun tersebut terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
لَيَسْجُنَنَّ ولَيَكُوْنًا مِن الصاغرين
Pada ayat tersebut terdapat dua nun taukid, yaitu nun taukid tsaqilah pada fi'il لَيَسْجُنَنَّ dan nun taukid khofifah pada fi'il لِيَكُوْنَنْ . Nun taukid khofifah pada ayat di atas ditulis dengan bentuk tanwin.
Berikut ini beberapa hukum disandarkannya nun taukid pada fi'il mudhori':
1. Apabila disandarkan pada isim dhohir atau isim dhomir untuk mufrod mudzakkar, maka difathah akhirnya, sebab bersambungnya nun dengannya, dan tidak ada penghapusan baik fiil shahih maupun mu’tal, contohnya:
لَينْصُرَنَّ، لَيقْضِيَنَّ، لَيغْزُوَنَّ، ليسْعَيَنَّ
2. Apabila disandarkan pada dhomir itsnain, maka dihapus nun tanda rofa' sebab bertemu 3 nun berturut-turut, kemudian dikasrah nun taukid agar menyerupai nun rofa', contohnya:
لتنْصُرَانِّ، لتقْضِيَانِّ، لتغْزُوَانِّ، لتسْعَيَانِّ
Asalnya لَتَنْصُرَانِنَّ، لَتَقْضِيَانِنَّ kemudian dihapus nun rofa' (nun yang terletak setelah alif itsnain) sebab bertemu 3 nun, maka i'robnya fi'il mudhori marfu' dengan nun yang dihapus.
3. Apabila disandarkan pada wawu jama'ah, maka dihapus nun jika fi’ilnya shahih, sebab bertemu 3 berturut-turut dan dihapus juga wawu jama’ah sebab bertemu dua sukun, contohnya:
لتنْصُرُنَّ
Asalnya لَتَنْصُرُوْنَنَّ dihapus nun rofa jadilah لتنصرُوْنَّ kemudian dihapus wawu jama’ah sebab bertemu dua sukun, yaitu sukun pada wawu dan nun tasydid.
Apabila fi’ilnya naqis baik ain fi’ilnya dhommah atau kasrah, maka dihapus lam fi’ilnya, contohnya:
لتغْزُنَّ، لتقْضُنَّ
Asalnya تغزُوُوْنَ، تقضِيُوْنَ kemudian disukun wawu dan ya sebab tsiqol, kemudian dihapus lam fi’ilnya yaitu wawu dan ya, jadilah تغزُوْنَ، تقضُوْنَ kemudian masuk nun tsaqilah, maka dihapus wawu jama’ah sebab bertemu dua sukun (sukun pada wawu jama’ah dan nun tasydid)
Didhommah huruf sebelum nun, sebagai penunjukkan atas huruf yang dibuang.
Apabila ain fi’ilnya fathah, maka dihapus lam fi’il saja, dan tetap difathah apa yang sebelumnya (huruf sebelum lam fi’il), kemudian diharakati wawu jama’ah dengan dhommah, contohnya:
لتخْشَوُنَّ، لتسْعَوُنَّ
Asalnya لَتَخْشَاوْنَنَّ، لَتَسْعَاوْنَنَّ kemudian dihapus alif dan nun rofa, sebab bertemu dua sukun, jadilah لتخشَوْنَّ، لتسعَوْنَّ kemudian didhommah wawu jama’ah.
4. Apabila disandarkan pada ya’ mukhotobah, maka dihapus ya’ dan nun, kemudian mengkasrah huruf sebelum nun, contohnya:
لتنْصُرِنَّ، لتغْزِنَّ، لترْمِنَّ
Apabila fi’ilnya naqish dan ain fi’ilnya fathah, maka ditetapkan ya’ dan diharakati kasrah, contohnya :
لتسْعَيِنَّ، لتخْشَيِنَّ
5. Apabila disandarkan pada nun inats, maka ditambahkan alif diantara nun inats dan nun taukid, kemudian dikasrah nun taukid sebab terletak setelah alif, contohnya:
لتنْصُرْنَانِّ، لتسْعَيْنَانِّ، لتغْزُوْنَانِّ، لترْمِنَانِّ
Untuk fi’il amr maka ketentuannya sama dengan fi’il mudhori’, contohnya:
اضرِبَنَّ يا زيد
اغزُوَنَّ، ارمِيَنَّ، اسعَيَنَّ
اضرِبانِّ يا زيدان
اغزُوانِّ، ارمِيانِّ، اسعِيانِّ
اضربُنَّ يا زيدون
اغزُنَّ، اقْضُنَّ
اخشَوُنَّ، اسعَوُنَّ