Bolehkah membagikan perbuatan amal salih ke media sosial? Sejumlah ulama khawatir banyak amal kebajikan yang dipamerkan melalui medsos.
Pengajian-pengajian yang diselenggarakan diunggah melalui media sosial dan media digital lain. Semua amal salih yang dilakukan tercatat di memori-memori perangkat digital. Di zaman penh fitnah ini juga rawan menjadikan penceramah terpeleset karena dua sifat, yaitu ujub dan riya.
Padahal, ikhlas sebagai lawan dari sifat ujub atau riya/sombong merupakan "benteng tebal" yang menahan manusia dari godaan setan. Namun karena dominannya sifat sombong pada diri manusia, menyebabkan benteng pertahanan manusia dari godaan setan mudah jebol.
"Pagi-pagi bikin status, tahajud dulu bro. Apa yang tidak diriyakan oleh orang?" ucap KH Fathurrahman dalam sebuah pengajian seperti dikutip dari Muhammadiyah.or.id.
Ia menjelaskan bahwa ujub merupakan kebanggan diri yang ada di dalam hati dan tidak diucapkan. Sementara riya merupakan bangga dan pamer terhadap orang lain. Hal yang satu bersifat intrapersonal ke dalam yang riya itu bersifat interpersonal.
Oleh karena itu, KH Fathurrahman mewanti-wanti kaum Muslimin supaya tidak terjangkit penyakit ini. Menurut dia, masyarakat yang gemar sholat, berzakat, puasa, dan sedekah harus berhati-hati, dan takutlah jika di hatinya terdapat penyakit ini.
Wallahu a'lam.
(Hantoro)