Penjelasan ketiga menunjukkan, dajjal secara tersirat telah disebut dalam Surah Al-Mu’min ayat 57 yang berbunyi:
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman." (QS Al Mu'min 40: 57)
Beberapa ulama tafsir, seperti Abul ‘Aliyah dan Ibnu Hajar, menjelaskan yang dimaksud “manusia” dalam ayat ini adalah dajjal.
Penafsiran ini merespons klaim orang-orang Yahudi yang membesar-besarkan dajjal dan menganggapnya luar biasa. Ayat ini menegaskan, dibandingkan penciptaan langit dan Bumi, penciptaan Dajjal tidaklah besar atau istimewa.
Dengan kata lain, dajjal dianggap tidak sebanding dengan keagungan ciptaan Allah SWT yang lain, dan tidak layak dianggap sesuatu yang luar biasa sebagaimana diklaim oleh sebagian pihak.
Alasan terakhir yang dijelaskan para ulama adalah Alquran tidak menyebutkan dajjal secara eksplisit justru sebagai bentuk pelecehan terhadap dirinya.
Hal ini karena dajjal akan mengaku sebagai tuhan. Padahal ia hanyalah manusia biasa yang hina di sisi Allah.
Maka tidak pantas dalam Al-Quran yang penuh kemuliaan untuk menyebut makhluk yang telah mengaku sebagai Rabb, sedangkan ia penuh kekurangan.
Meskipun tidak disebutkan secara langsung dalam Alquran, semua nabi termasuk Muhammad SAW telah memberikan peringatan tentang bahaya fitnah dajjal.
Setiap umat terdahulu telah diperingatkan agar waspada terhadapnya, mengingat fitnah yang dibawanya adalah ujian besar bagi keimanan manusia.
Meskipun nama dajjal tidak disebutkan secara langsung dalam Alquran, bukan berarti keberadaannya diabaikan. Justru, fitnah dajjal telah dijelaskan melalui tafsir para ulama, serta hadis-hadis shahih yang memperingatkan umat Islam akan bahayanya. Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)