JAKARTA - Dalam ajaran Islam, hari kiamat atau hari pembalasan merupakan momen penting yang sudah sering disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Pada hari tersebut, seluruh amal manusia akan diperhitungkan dan diadili untuk menentukan nasib akhir di akhirat. Dalam konteks ini ada dua istilah yang penting dikenal, yaitu Yaumul Hisab dan Yaumul Mizan. Meski kedua istilah ini sama-sama berkaitan dengan penilaian amal, keduanya memiliki makna dan proses yang berbeda.
Yaumul Hisab secara harfiah berarti hari perhitungan. Hari ini digambarkan sebagai saat ketika Allah SWT menghitung dan memperlihatkan semua amal perbuatan manusia dengan jelas dan rinci. Seluruh amal baik dan buruk yang dilakukan selama hidup akan dihadirkan, dan manusia akan diminta pertanggungjawaban secara langsung atas perbuatannya. Tidak hanya amal perbuatan secara umum, bahkan anggota tubuh manusia juga menjadi saksi atas apa yang telah dilakukan. Hal ini ditegaskan dalam Surat Yasin ayat 65 yang menyatakan bahwa tangan, kaki, dan mulut manusia akan berbicara sebagai bukti amal perbuatannya. Dengan demikian, Yaumul Hisab adalah fase di mana pembukuan amal yang sangat teliti dilakukan.
Setelah proses hisab selesai, maka datanglah tahap selanjutnya yang dikenal dengan Yaumul Mizan. Mizan berarti timbangan, dan pada hari itu amal-amal yang sudah diperlihatkan dan dicatat akan ditimbang dengan sangat adil oleh Allah SWT. Timbangan kebaikan dan keburukan ini menjadi penentu utama nasib seseorang, apakah ia akan memperoleh pahala surga atau menanggung siksa neraka. Yaumul Mizan menandai fase evaluasi akhir di mana kebenaran dan keadilan sepenuhnya ditegakkan sesuai dengan amal manusia selama hidup di dunia.
Perbedaan utama antara Yaumul Hisab dan Yaumul Mizan terletak pada fungsi dan urutannya. Yaumul Hisab adalah saat di mana amal diperlihatkan dan diperhitungkan secara rinci, sedangkan Yaumul Mizan adalah proses penimbangan amal untuk menentukan ganjaran atau hukuman. Yaumul Hisab terjadi terlebih dahulu sebagai tahap pembukaan dan pemeriksaan amal, kemudian dilanjutkan dengan Yaumul Mizan sebagai tahap penilaian akhir yang adil.
Memahami perbedaan antara Yaumul Hisab dan Yaumul Mizan membantu umat Islam menyadari pentingnya setiap amal perbuatan yang dilakukan di dunia. Kedua tahapan ini mengingatkan bahwa tidak ada amal yang luput dari perhatian Ilahi, dan setiap manusia akan diminta pertanggungjawaban dengan adil. Oleh karena itu, selalu memperbaiki diri dan memperbanyak amal baik menjadi bekal penting untuk menghadapi kedua hari itu.
Singkatnya, Yaumul Hisab adalah hari perhitungan amal secara rinci dan terbuka, sedangkan Yaumul Mizan adalah hari di mana amal tersebut ditimbang dan diadili untuk menentukan nasib akhir manusia. Keduanya merupakan fase kritis dalam proses pembalasan yang diajarkan dalam Islam, memberikan kesadaran dan motivasi bagi setiap Muslim untuk senantiasa beramal dengan penuh kesungguhan.
(Rahman Asmardika)