Ia juga termasuk orang yang zuhud. Hal ini dilihat dari kekaguman Kiai Hasyim Asy’ari yang bertemu di Surabaya, ketika bersama-sama hendak menunaikan ibadah haji. Kiai Hasyim merasa heran, KH Abdul Karim yang kemampuan duniawinya tampak biasa, mampu melaksanakan haji. Apalagi ketika ditanya berapa uang yang dibawa? Kiai Manab hanya menjawab pendek, “Mboten ngertos.” Kiai Hasyim kemudian meminta uang Kiai Manab, nama kecilnya, untuk dihitungnya. Ternyata lebih dari cukup untuk menunaikan ibadah haji.
KH Abdul Karim adalah sosok yang sangat istiqomah dan disiplin dalam beribadah. Hal ini terbukti saat ia jatuh sakit. KH Abdul Karim masih saja istiqomah untuk memberikan pengajian dan memimpin sholat berjamaah, meski harus dipapah para santri.
Akhirnya, pada 1954, tepatnya Senin tanggal 21 Ramadhan 1374 H, KH Abdul Karim berpulang ke rahmatullah. Ia dimakamkan di belakang Masjid Lawang Songo Lirboyo.
(Erha Aprili Ramadhoni)