Di sisi lain, para sahabat juga melihat Nabi semakin kelelahan karena beliau berdiri lama. Karena itu, para sahabat mengusulkan untuk membuat mimbar, sehingga Nabi bisa beristirahat dan duduk pada saat menyampaikan khutbahnya. Dengan posisi Nabi yang tinggi, semua sahabat pun akhirnya bisa melihat Nabi Muhammad SAW, dan beliau menyetujuinya.
Pada hari Jum'at, mimbar sudah selesai dan siap digunakan Nabi SAW. Seperti biasa beliau keluar dari kamar dan menuju mimbar dengan melewati pohon kurma yang biasa dia jadikan tempat bersandar sambil memberikan khutbahnya.
Namun, hal janggal terjadi. Ketika beliau mulai menaiki mimbar untuk berkhutbah, tiba-tiba banyak sahabat yang mendengar rintihan dengan tangisan yang menyayat hati dan juga sangat memelas. Tangisan itu mengguncangkan tanah yang menjadi alas masjid, debu debu di tembok pun berjatuhan, dan anehnya tangisan itu semakin lama semakin keras, sehingga para sahabat pun ikut menangis, tanpa tahu asal tangisan berasal dari mana.
Akhirnya Nabi SAW pun turun dari mimbar, kemudian beliau mendekati pohon kurma yang biasa beliau sandari pada saat khutbah. Kemudian beliau meletakkan tangannya yang mulia ke batang pohon kurma tersebut dan mengusapnya. Setelah itu beliau memeluk pohon kurma tersebut, perlahan-lahan tangisan mereda dan kemudian tenang kembali.
Di lain sisi, banyak sahabat yang mendengar Nabi berbicara kepada pohon kurma tersebut;