Mengenal Ummu Sulaim binti Malhan, Perempuan yang Langkah Kakinya di Surga Didengar Rasulullah

Suherni, Jurnalis
Selasa 19 November 2019 19:22 WIB
Ilustrasi surga (Foto: Deen of Geek)
Share :

Kepada Ummu Sulaim dan Abu Thalhah, Allah mengaruniakan seorang anak laki-laki yang tampan dan diberi nama Abu Umair agar menjadi penyejuk hati dan penghibur bagi mereka dengan segala tingkah lakunya.

Suatu ketika, mereka menangkap seekor burung untuk menjadi mainan si bocah tampan tersebut. Burung itu kemudian mati hingga si bocah sangat bersedih dan menangis. Hal itu dilihat oleh Rasulullah hingga beliau menghibur dan menenangkannya.

Beliau bersabda, “Wahai Abu Umair apa yang dilakukan oleh si pipit kecil ini?”

Namun qadha Allah menghendaki untuk menguji Ummu Sulaim dan Abu Thalhah dengan anak yang tampan dan tercinta ini. Bocah tampan yang manja itu akhirnya jatuh sakit hingga kedua orangtuanya sibuk merawatnya.

Salah satu kebiasaan sang ayah setiap kali pulang mencari nafkah atau salat dan menemui keluarga adalah mengucapkan salam lalu bertanya tentang kesehatan anaknya. Ia tidak merasa tenang sebelum melihat anaknya tersebut.

Suatu hari ia pergi untuk suatu pekerjaan. Saat itulah sang anak beristirahat untuk selama-lamanya. Sang ibu yang beriman dan penyabar itu pun menerima kematian anaknya dengan hati penuh keridhaan dan kepasrahan. Ia pun bangkit untuk memandikan, mengafani, dan merawat jasad anaknya tersebut.

Setelah itu, Ummu Sulaim baringkan si anak di atas ranjang dengan berselimut pakaian kemudian ia mengucapkan, “Inna lillahi wa inna Ilaihi raji`un.”

 

Ia menoleh kepada semua orang yang hadir dan berkata, “Jangan ada seorang pun yang memberitahukan hal ini kepada Abu Thalhah. Biarkan aku sendiri yang memberitahunya!”

Ketika sang suami tercinta telah pulang dari bekerja, Ummu Sulaim pun telah mengeringkan air mata duka dan kasih sayang di kedua matanya. Ia bersiap-siap untuk menyambut kedatangan sang suami dan mempersiapkan hidangan makan malam untuknya.

Abu Thalhah bertanya, “Apakah yang dikerjakan oleh Abu Umair?” Dengan wajah yang tenang, Ummu Sulaim menjawab, “Sekarang ia sudah sangat tenang.”

Abu Thalhah mengira bahwa Allah telah memberikan kesembuhan kepada anaknya yang tampan itu. Ia merasa senang melihat anaknya yang tampak tenang dalam tidurnya dan ia pun tidak berani mendekat karena takut mengganggu tidurnya.

Sang istri menyuguhkan makan malam kepadanya. Abu Thalhah segera makan dan minum kemudian mengucap syukur atas semua itu. Ummu Sulaim telah bersolek dan mengenakan pakaian yang paling indah lalu mendekati sang suami hingga terjadilah sebagaimana yang layaknya hubungan yang terjadi antara suami dan istrinya.

Setelah melihat suaminya telah menyantap hidangan makan, minum, dan menikmati dirinya, hatinya telah merasa tenang terhadap keadaan anaknya maka Ummu Sulaim bersyukur karena tidak mengejutkan sang suami dan menodai makan serta kebahagiaannya. Beberapa saat ia biarkan Abu Thalhah untuk menikmati tidurnya yang pulas.

Ketika malam telah larut, Ummu Sulaim berbicara kepada suaminya, “Wahai Abu Thalhah, jika ada sekelompok orang meminjamkan sesuatu kepada satu keluarga lalu mereka meminta kembali barang tersebut, apakah keluarga itu berhak menghalangi?”

Abu Thalhah menjawab, “Tidak.”

Ummu Sulaim bertanya lagi, “Bagaimana menurutmu jika keluarga tersebut merasa keberatan karena barang pinjaman itu diminta kembali karena mereka telah merasakan manfaatnya?”

Abu Thalhah menjawab, “Itu tidak benar.”

Ummu Sulaim mengatakan, “Sesungguhnya, anakmu adalah pinjaman dari Allah dan Dia telah mengambilnya kembali. Karena itu, bersabarlah!”

Abu Thalhah tidak mampu menahan diri. Dengan marah, ia menjawab kata-kata istrinya: “Engkau biarkan aku dan setelah engkau bujuk aku, baru engkau ceritakan tentang anakku? Sungguh aku akan melaporkan hal ini kepada Rasulullah.”

Ketika pagi telah merekah, Abu Thalhah bergegas untuk menghadap kepada Rasulullah dan menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan istrinya, Ummu Sulaim.

Rasulullah menjawab, “Semoga Allah memberkahi malam kalian.”

Rupanya Allah mengaruniakan seorang bayi lagi kepada Ummu Sulaim. Lalu ia mengutus anaknya Anas ibn Malik untuk menghadap Rasulullah dan mengatakan, “Bawalah bayi dan keranjang berisi beberapa butir kurma itu kepada Rasulullah SAW agar beliau yang memberinya nama.”

Anas ibn Malik menceritakan, “Aku pun membawa si bayi untuk menghadap kepada Rasulullah SAW. Beliau menjulurkan kedua kaki dan membaringkan si bayi lalu mengambil sebutir kurma yang beliau kunyah dan beliau suapkan kepada si bayi. Si bayi pun menelan kurma tersebut.”

Rasulullah bersabda, “Kaum Anshar itu tidak senang selain pada biji kurma.”

Anas ibn Malik berkata, “Berilah ia nama wahai Rasulullah.”

Rasulullah menjawab, “Namanya adalah Abdulllah.”

Setelah bayi Ummu Sulaim tumbuh menjadi remaja, akhirnya Abdullah ibn Abi Thalhah pun menikah dan meninggalkan keturunan yang saleh. Ia dikarunia sepuluh orang anak. Kisah ini Dikutip dari Buku 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam.

(Dyah Ratna Meta Novia)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya