Sebentar lagi bulan Rajab akan meninggalkan kita, adakah kita secara spritual telah mengalami peningkatan. Sebab dibulan ini kita dianjurkan untuk puasa, memohon ampunan serta bersedekah yang tujuannya tak lain dan tak bukan peningkatan derajat keimanan.
Dengan meningkatnya derajat keimanan bila Ramadhan datang kita bisa memeluk erat bulan Ramadhan dengan sepenuh hati. Perintah menjalankan puasa Ramadhan dalam surat al-Baqarah 183, diserukan kepada orang-orang yang beriman. Tentu ini merupakan panggilan mesra, “wahai orang-orang yang beriman”. Dengan kata lain bisa dikatakan, melalui bulan Rajab kita siapakan diri ini baik secara jasmani maupun rohani guna menyambut bulan Ramadhan.
Akhirnya, sebagai seorang yang beriman kita mesti selalu berdoa dan memohon kepada Allah, namun tetap harus diingat doa kita bukan semata mengatur-atur Tuhan, seolah-olah kita majikan yang harus dikabulkan keinginannya. Ibnu Atha’illah pernah mengingatkan “saat engkau berdoa kepada Tuhan, itu merupakan tuduhan tersembunyi kepadaNya”. Menurut Ulil Abshar Abdalla pesan Ibnu Atha’illah ini berarti, terkadang kita perlu mencurigai doa kita sendiri. Sebab, saat berdoa jangan-jangan jauh di hati kecil kita ada tuduhan tersembunyi pada Tuhan.
Tuduhan itu kalau diverbalkan kira-kira berbunyi “Tuhan masa engkau tak tahu, aku sedang butuh ini dan itu, masa aku harus meminta secara terus terang kepadaMu?, bukankah engkau Maha Tahu? (Ulil Abshar Abdalla:2019).
Memahami pesan Ibnu Atha’illah diatas bukan kita dilarang berdoa melainkan harus terus berdoa, sebab doa merupakan kemuliaan serta tergolong ibadah yang harus dilakukan. Tetapi saat berdoa kita harus waspada agat tidak terjatuh pada tindakan “tuduhan tersembunyi” kepada Tuhan. Semoga...
Oleh: Achmad Yani Arifin
Penulis adalah Ketua Ikatan Alumni Pondok Pesantren Roudlotun Nasyi’in Mojokerto, tinggal di Jombang, Jawa Timur.
(Muhammad Saifullah )