Daulat Puasa Menebus Dosa

, Jurnalis
Kamis 14 Mei 2020 04:00 WIB
Share :

Seluruh umat muslim di penjuru dunia kini sedang menjalani ibadah puasa Ramadhan. Namun, bulan Ramadhan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ramadhan saat ini berbarengan dengan mewabahnya virus corona (Covid-19). Hampir dalam setiap harinya virus itu semakin mewabah di tengah masyarakat.

Wabah adalah saksi munculnya musibah, di mana setiap musibah yang melanda bisa menjadi ujian bagi umat beragama yang sedang beribadah puasa. Hal itu merupakan sikap teladan yang taat dan patuh terhadap doktrin Islam dan perintah Allah SWT sebagaimana tersirat dalam rukun Islam.

Apabila kita tidak menunaikan ibadah puasa, hidupnya akan berlumuran dosa. Padahal, butiran-butiran pahala telah Allah SWT taburkan di bulan suci yang penuh berkah dan ampunan ini. Namun, kenapa masih ada di antara umat muslim yang tidak berpuasa? Bukankah hal itu melanggar perintah Allah SWT?

Menurut Muhammad Ibn Syâmi Muthâin Syaibah (2010), firman Allah SWT tentang yang mewajibkan umat muslim untuk berpuasa (taat menunaikan perintah), tersirat dalam al-Qur’an [QS. al-Baqarah: 183]. Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Pada dasarnya, pandangan teks itu mengurai makna puasa sesungguhnya adalah cermin makhluk Allah SWT yang menjunjung tinggi ketaatan (tawakal), dan orang beriman tidak hanya dipandang dari aspek ibadahnya. Tetapi, bagaimana kekuatan jiwanya yang tulus dan beribadah dengan ikhlas.

Puasa Ramadhan, sebenarnya, mengajak kita bermuhasabah, sabar, jihad melawan hawa nafsu, menahan diri dari lapar hingga hausnya dahaga sekalipun. Karena itu, berpuasa secara spritual menjauhkan kita dari prilaku dan sikap yang mudah membuat kita emosi, amarah, intoleran, ekstrem, dan radikal.

Sisi lain, umat muslim dengan berpuasa mampu terhindar dari kekerasan (sikap teroris), sebab kekerasan itu merupakan sikap hawa nafsu yang mengundang amarah, dan membatalkan ibadah puasa. Justru, sebaliknya, yang muncul hanyalah setumpuk dosa yang harus kita tebus dengan cara berpuasa.

Memang Allah SWT menempatkan puasa Ramadhan sebagai bulan yang mulia. Agar setiap umat muslim panen pahala di tengah musimnya dosa, bulan suci yang menuntut kita untuk meraih hikmah dan kesempurnaan dalam berislam. Kendati pun, kita sebagai makhluk yang tidak luput dari kesalahan.

Esensi Puasa

Puasa merupakan ibadah yang selalu diirindukan umat muslim untuk meraih ampunan, dan mendapatkan pahala. Lalu, apakah pahala itu tetap mengalir ketika kita beribadah di rumah? Tentu mengalir, karena ibadah. Secara mendasar tidak mengenal tempat dan waktu kita harus di masjid, dll.

Di tengah pandemi Covid-19, fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 tentang anjuran ibadah dari rumah, shalat tarawih puasa, dan ibadah lainnya. Hal itu tidak menutup kesadaran kita untuk tidak berpuasa meski ibadah dalam rumah. Oleh karenanya, yang paling esensial bagaimana kita tetap berpuasa.

Pun Sumarno Adi Subrata, dkk (2017) telah membenarkan melalui hasil penelitiannya terhadap salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.”

Dalam konteks hadits tersebut, umat muslim memiliki kedudukan yang sangat suci dan mulia. Akan tetapi, untuk meraih kemuliaan itu harus menunaikan ibadah puasa, sehingga Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Itulah daulat puasa, ujian demi ujian harus mampu kita lewati demi mencapai pahala.

Selain itu, puasa adalah kebutuhan umat muslim untuk mendekatkan diri dengan sang maha pencipta (taqarrub), dan kita wajib merawat hubungan keagamaan ini dengan Tuhan alam semesta. Dengan prinsip taqarrub, maka prilaku-prilaku jahat mampu teratasi dan tercegah oleh kekuatan jiwa.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya