ABU Ibrahim Ishaq, ulama kharismatik pendiri Pondok Pesantren atau Dayah Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah (BUDI), Lamno, Kabupaten Aceh Jaya. Beliau salah satu ulama Aceh yang mengkader banyak para ulama generasi sesudahnya.
Selain alim, Abu Ibrahim juga lihai dalam berdebat dengan tawaran solusi-solusi jitu, sehingga kehadirannya di arena muzakarah sangat dinantikan oleh para peserta.
Dr. Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary, Ketua STAI al Washliyah Banda Aceh juga penulis buku ‘Membumikan Fatwa Ulama’ menjelaskan sosok Abu Ibrahim Ishaq Lamno sebagai ulama yang mencintai ilmu pengetahuan.
Dalam artikelnya di jaringansantri.com, Nurkhalis menulis bahwa Abu Ibrahim Ishaq pernah berguru kepada Syekh Zakaria Labaisati Malalo, pimpinan Madrasah Tarbiyah Islamiyah Malalo, Padang yang merupakan murid dari Syekh Muhammad Jamil Jaho dan sahabat serta murid dari Syekh Muda Waly al-Khalidy, ulama besar asal Aceh Selatan.
Baca juga: Masih Hidup, Ini 3 Ulama Banten Dikenal Keramat
“Keahlian beliau dalam berdebat, mungkin diturunkan oleh gurunya Syekh Zakaria yang dikenal ahli ushul fiqih dan lihai dalam berdebat,” tulis Nurkhalis.
Mengawali karier keilmuannya Abu Ibrahim Ishaq Lamno mengenyam pendidikan umum Sekolah Rakyat (SR) di desanya Mukhan, Lamno, Aceh Jaya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di desanya, Abu Ibrahim Ishaq mulai mengembara untuk menuntut ilmu agama di berbagai tempat. Lembaga pendidikan agama yang pertama beliau tuju adalah Dayah Bustanul Aidarusiyah atau Dayah BUSAIDA yang didirikan dan dipimpin oleh Teungku Syekh Haji Aidarus bin Teungku Khatib Sulaiman atau dikenal dengan Abu Mesjid Sabang Lamno.
Abu Aidarus merupakan murid dari ulama pejuang Teungku Chik Ahmad Buengcala yang syahid dalam peperangan di Tangse, Pidie, Aceh. Dan Abu Aidarus juga murid ulama ahli tasauf Teungku Haji Muhammad Arif.
Pada 1949 Abu Ibrahim Ishaq merantau untuk memperdalam ilmunya di Dayah Darussalam, Labuhan Haji, Aceh Selatan yang dipimpin oleh Abuya Syekh Muda Waly.
Pada tahun kedatangannya, banyak ulama-ulama yang masih mengenyam pendidikan di Dayah Darussalam Labuhan Haji sebut saja Teungku Syekh Aidarus Abdul Ghani Kampari, Teungku Syekh Imam Syamsuddin, Teungku Syekh Abdullah Tanoh Mirah, Teungku Syekh Syahabuddin Syah, Teungku Syekh Abdul Aziz Samalanga dan lainnya.
Sekira sembilan tahun Abu Ibrahim Ishaq di Labuhan Haji, Abu Ibrahim masih terus ingin belajar. Beliau melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Dayah Mahadal Ulum Diniyah Islamiah Mesjid Raya (MUDI Mesra) di Samalanga (sekarang masuk Kabupaten Bireun) Aceh.
Baca juga: 5 Ulama yang Gigih Mensyiarkan Agama Islam di Jakarta
Abu Ibrahim belajar langsung kepada gurunya Teungku Syekh Abdul Aziz atau Abon Samalanga yang baru pulang dari Labuhan Haji pada 1958. Beberapa tahun mondok di sana, Abu Ibrahim Ishaq diangkat sebagai pengajar di Dayah MUDI Mesra.
Pada era ini, di MUDI Mesra masih banyak para ulama yang masih menimba ilmu dari Abon Samalanga seperti Abu Kasim Tb yang juga teman Abu Ibrahim Budi yang sama sama pernah di Darussalam. Abon Teupin Raya, Abu Kuta Krueng, Abu Lhoknibong dan para ulama kharismatik lainnya.
Pada 1963 setelah mengenyam pendidikan di Dayah MUDI Mesra, Abu Ibrahim Ishaq kemudian merantau ke Padang untuk belajar kepada Syekh Zakaria Labaisati Malalo, ulama ahli Ushul Fiqih, Mantiq dan merupakan murid dari ulama terkenal Padang Syekh Muhammad Jamil Jaho yang juga murid dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau.