Kisah Wanita Pejuang Feminisme hingga Akhirnya Memeluk Islam

Saskia Rahma Nindita Putri, Jurnalis
Rabu 01 Juli 2020 18:39 WIB
Laura, pejuang feminisme yang memilih masuk Islam (Foto: About Islam)
Share :

Qawwam diartikan sebagai pelindung, bukan diktator. Laura belajar bahwa seorang suami Muslim sejati harus memperlakukan istirnya layaknya seorang sahabat terkasih, bukan sebagai seorang pelayan yang inferior.

Laura mengatakan bahwa kisah Nabi Muhammad adalah kisah yang paling menginspirasinya. Ia terkesan dengan bagaimana Baginda Rasulullah berinteraksi dengan istrinya dengan penuh cinta, kebaikan, empati dan saling menghormati.

Sebuah kalimat yang ia ingat, “yang terbaik darimu adalah yang terbaik untuk istri-istrimu” yang diucapkan oleh Nabi Muhammad kepada orang beriman. Lantas, dari sini dapat disimpulkan bahwa orang yang beriman tak akan menjadi seorang penindas.

“Muslim tak perlu feminisme. Feminisme hanyalah konstruksi Barat yang hanya merupakan kebutuhan dalam masyarakat tanpa mengetahui perintah dari Sang Pencipta. Saya mulai merasa kasihan pada teman-teman non-Muslim saya yang tidak mengetahu arti kebebasan sejati. Saya mengasihani para wanita Muslim yang masih berpegang teguh pada feminisme ketika dalam agamanya dengan jelas menawarkan solusi yang sempurna.

Hampir dua dekade telah berlalu sejak Laura mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam. Delapan belas tahun hidup sebagai wanita muslim, memang tak menutup kemungkinan akan adanya kisah dari para wanita yang tak beruntung karena tak mendapatkan hak dan status yang layak dalam kehidupan mereka. Beberapa laporan menyebutkan adanya perceraian akibat kekerasan, merasa tak dihargai oleh suami, dan sebagainya.

Lagi-lagi, butuh penekanan bahwa hal-hal tak mengenakan ini menjadi gambaran bahwa hal tersebut dapat mungkin terjadi dan dilakukan oleh orang-orang yang tak sepenuhnya taat kepada anjuran-anjuran agama.

Megan Wyatt adalah pelatih hubungan yang menasihati ratusan wanita muslim di seluruh dunia melalui pekerjaannya di Jannah. Ia belum lama ini menulis tentang utas yang dia lihat dalam percakapannya dengan saudara perempuannya di Islam, dan mengatakan bahwa dirinya tak henti-hentinya menerima laporan tentang istri yang diperlakukan tak wajar oleh suami dan bahkan mertuanya. Namun ia menekankan bahwa pesan-pesan yang ia dapatkan adalah tiap saat, dengan cerita yang sama, perjuangan yang sama, dan tingkat keputusasaan yang sama.

Jelas, penganiayaan wanita muslim masih tersebar luas dan marak terjadi. Namun, Laura mengaku bahwa ia yang mencintai Islam dan berkeinginan untuk menjadi contoh baik dalam agamanya ini, ingin membuktikan bahwa sebagian besar wanita muslim melaporkan bahwa kehidupannya telah terpenuhi dan bahagia dalam pernikahannya, serta merasa dihargai dan dilindungi.

“Saya ingin membuktikan kepada para nonmuslim bahwa dengan menerapkan nilai-nilai Islam, mayoritas wanita muslim terbukti merasa aman dan nyaman, di jalan-jalan umum, di toko, sekolah, hingga saat beribadah dengan mayoritas lingkungan yang muslim,” kata Laura.

“Saya berharap bahwa saya ke depannya dapat menunjukkan kepada negara manapun di dunia bahwa dengan Islam diterapkan dengan benar, maka feminisme tak lagi dibutuhkan. Ketidaktahuan mereka membuat saya mengerti mengapa kini feminisme masih bertahan sebagai solusi yang paling tepat, menjadi sebuah gaya hidup di antara mereka," tutupnya.

(Rizka Diputra)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya