Ata Faridah dan Muhammad Wahyu juga merasakan perhatian yang sangat detail dari petugas, terutama dalam menjaga kesehatan dan mencegah penularan virus corona. Sebelum dan sesudah berhaji, jamaah diminta karantina mandiri. Mereka dua kali dites covid-19 dan pemeriksaan kesehatan lengkap.
Menanggapi gelang monitor yang dikenakan untuk memantau pergerakan, Ata Faridah mengaku merasa aman. Sedangkan Muhammad Wahyu mengaku, "Wah tambah senang. Wah, benar-benar harus menjaga protokol saya ini."
Baca juga: Uniknya Tukang Cukur di Mina Berpenampilan seperti Petugas Medis
Semua jamaah haji juga harus selalu menjaga jarak fisik. Ini diterapkan dalam bus, yang diisi hanya setengah kapasitas, dalam melakukan rukun haji seperti tawaf dan sai, bahkan ketika bermalam di Muzdalifah setelah seharian di Arafah.
Ata Faridah dan Muhammad Wahyu memaklumi semua langkah pengamanan itu dan tidak menganggapnya sebagai pembatasan.
Bagi Wahyu, "Lebih khusyuk. Tidak berdesak-desakan. Tidak menunggu terlalu lama. Kalau menurut pribadi saya, saya lebih longgar dalam bermunajat kepada Allah."
Baca juga: Pandemi Covid-19, Muslim Amerika Tidak Sulit Dapat Hewan Kurban
Ata Faridah malah berharap bisa menunaikan haji lagi dalam suasana seperti yang baru saja ia alami. Semua terkoordinasi dengan baik, teratur, dan tenang sehingga ia bisa berkonsentrasi penuh untuk beribadah.
Di depan Kakbah, ia mencurahkan perasaan, "Kuanggap ini panggilan-Mu ya Allah. Aku awalnya merasa tidak pantas, sekarang tolong pantaskan ya, Allah. Saya kayak berbicara saja gitu dengan Allah. Saya anggap Allah di depan saya. Allah jawab saya ya."
(Hantoro)