Mulai dari lampu gantung, mimbar khutbah Imam, mimbar bilal, semuanya masih dipertahankan. Selain itu, di dalam masjid akan ditemui sebuah mushaf Qur'an berukuran besar ditulis dengan tangan. Kitab suci ini diletakkan di dalam kotak kaca agar tetap terjaga keutuhannya sebagai saksi sejarah keberadaan masjid tersebut.
Pengurus Masjid Raya Al-Mashun Medan, Muhammad Hamdan mengatakan banyak masjid yang dibangun oleh Sultan Deli di daerah kekuasaannya. Namun, Masjid Raya Al-Mashun merupakan paling termegah dan tercantik arsitekturnya.
"Arsitektur bangunan masjid ini memang perpaduan dari ciri khas beberapa benua, termasuk Eropa. Sehingga membuat masjid raya ini unik dan megah," katanya beberapa waktu lalu.
Baca Juga: 3 Cara Qonaah Rezeki, Jangan Lihat ke Atas Tapi ke Bawah
Dalam skripsi Umi Kalsum (2016) yang berjudul "Sejarah Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun Sebagai Warisan Arsitektur Belanda", hal tersebut diungkapnya dapat diketahui dari prasasti bertuliskan Arab Melayu, dipahatkan pada sayap kiri dan kanan pintu gerbang masuk menuju masjid.
Awalnya Masjid Raya Al-Mashun dirancang oleh arsitek Belanda bernama Van Erp dan juga merancang Istana Maimun yang merupakan pusat Kerajaan Sultan Deli di Kota Medan, berjarak lebih kurang 200 meter dari Masjid Raya Al-Mashun.
Kemudian prosesnya dikerjakan oleh JA Tingdeman yang berkebangsaan Belanda. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi Candi Borobudur di Jawa Tengah.