GUS BAHA atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim dikunjungi Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani di kediamannya, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Rembang, Jawa Tengah, Selasa (11/8/2021) kemarin. Lantas apa saja yang disampaikan Gus Baha kepada Ahmad Muzani dan rombongan.
Dalam pertemuan itu Gus Baha menyampaikan pesannya bahwa politik merupakan seni mengelola kepercayaan publik. Dan sekarang produk-produk politik lebih baik dibandingkan dengan zaman dulu (kerajaan).
Dimana dulu raja-raja saling berperang untuk mendapatkan kekuasan, hingga pertumpahan darah tak terelakan.
Baca Juga: Muhammadiyah Serukan Hijrah Kolektif Atasi Covid-19
Dewasa ini politik telah berjalan ke arah yang lebih baik. Misalnya, lepasnya Timor Timor dari Indonesia tidak melalui sebuah peperangan besar, tapi melalui jalan jajak pendapat. Demikian juga dengan pemilihan bupati, wali kota dan gubernur melalui sistem pilkada. Cara ini dianggap lebih baik dibanding dengan zaman dahulu. Meski begitu Gus Baha menyadari, proses politik yang ada sekarang masih belum ideal.
"Kalau kita melihat politik sebagai cara atau seni mengelola kekuasaan dengan cara yang lebih enak, lebih beradab. Jadi cara (politik sekarang) itu sudah membaik, dari yang sebelumnya," kata Gus Baha.
"Kan nggak kebayang dulu (misalnya) Timur Leste keluar dari Indonesia (mekanismenya) lewat duel (atau perang). Tapi kan (pada akhirnya) lewat politik, lewat jajak pendapat. Begitu juga pemilihan gubernur dan bupati," imbuh Gus Baha.
Baca Juga: Berangkat Umrah Jamaah Indonesia Diperkirakan Keluarkan Biaya hingga Rp60 Juta
Sehingga, berpolitik yang dijalankan dewasa ini bisa dijalani dengan rasa enjoy. Sebab, politik merupakan suatu hal yang substansial, karena berhubungan dengan kemaslahatan umat. Apabila politik tidak dijalankan dengan amanah, maka yang timbul adalah rasa saling menyalahkan dan curiga. Hal itu berimplikasi pada keterpurukan suatu bangsa. Ini penting agar kita tidak menjadi bangsa yang hanya bisa saling menyalahkan.
"Jadi politik itu kembali ke kemaslahatan publik. Istilahnya kamu punya kamar seribu, yang dipakai tidur cuma satu kamar. Kalau punya beras satu ton, yang kamu makan hanya satu liter. Artinya apa, artinya kebutuhannya adalah sama-sama satu piring. Karena kalau proses politik itu tidak dianggap lebih baik atau membaik (sekarang ini), semua orang akan merasa salah terus dan akan saling menyalahkan. Jadi bangsa yang nggak punya ide untuk bikin rumus-rumus (kebijakan yang lebih) baik," papar Gus Baha.