Jenderal Soedirman, Pejuang Kemerdekaan Hasil Didikan Organisasi Islam Muhammadiyah

Tim Okezone, Jurnalis
Selasa 17 Agustus 2021 08:37 WIB
Patung Panglima Besar Jenderal Soedirman. (Foto: Heru Haryono/Okezone)
Share :

Sejak muda ia sudah aktif di Hizbul Wathan dan menjadi kader. Di situlah dirinya militansinya ditempa dan sudah mulai tertanam nilai-nulai cintah Tanah Air.

Namun demikian, situasi berubah usai Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati 1942. Saat Jepang membuka PETA, Soedirman mulai tertarik dengan militer.

Baca juga: Kisah Kiai Subchi Ulama Pejuang Memberikan Kekuatan pada Bambu Runcing 

Berlatar belakang kepala sekolah, Soedirman akhirnya bisa sekolah perwira di PETA Bogor. Berkat pendidikan keras di sekolah perwira PETA di Bogor, lahirlah "Soedirman baru" yang sudah mengerti betul sejumlah metode-metode perang ala Jepang dan menjadi komandan Daidan (Batalion) di Kroya, Cilacap.

Akan tetapi, PETA dibubarkan seiring menyerahnya Jepang pada sekutu. Pasca-Proklamasi 17 Agustus 1945, Soedirman meleburkan diri ke Badan Keamanan Rakyat (BKR, cikal bakal TKR/TNI) di Banyumas dengan pangkat kolonel.

Torehan prestasi pertamanya adalah salah satu perwira tentara republik adalah sanggup mengklaim sejumlah senjata Jepang setelah melakukan pelucutan tanpa pertumpahan darah di Banyumas. Pelucutan damai yang termasuk jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan beberapa tempat lain dengan cara kekerasan.

Kemudian nama Soedirman makin meroket pasca-Pertempuran Ambarawa pada 12–15 Desember 1945. Walaupun bekas dididik di kemiliteran PETA bentukan Jepang, dia tak serta-merta selalu menggunakan taktik Jepang.

Baca juga: 76 Tahun Kemerdekaan RI, Ini Nasionalisme Menurut Ajaran Islam 

Dalam Pertempuran Ambarawa menghajar Inggris, Soedirman mengombinasikan taktik modern dengan taktik klasik Kerajaan Majapahit. Jadilah dia menggagas taktik "Supit Urang". Taktik menekan, menjepit, dan menggempur lawan dengan serentak dari berbagai sektor.

Pada 27 Juni 1947, Jenderal Soedirman diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi Panglima TNI. Sayangnya, panglima muda ini tidak berusia panjang. Penyakit TBC yang dideritanya tidak kunjung pulih. Pada akhirnya ia tutup usia pada 29 Januari 1950 atau lima hari setelah genap berusia 34 tahun.

(Hantoro)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya