Gus Baha mencontohkan pekerja pabrik yang melarang karyawannya untuk sholat. Kalau kita punya kekuatan politik maka bisa mengatur pabrik-pabrik untuk tidak boleh melarang karyawannya jeda kerja untuk melaksanakan sholat. ”Karena dalam kehidupan nyata pasti orang dholim yang menghalang-halangi orang untuk beragama,” urainya.
Dikatakan Gus Baha, agama dan pemerintahan adalah dua saudara kembar. Namun, tidak ada artinya pangkat kecuali orang itu bisa mengendalikan hati. Misalnya ketua umum parpol tanpa didukung orang-orang yang nyata-nyata punya pengaruh maka dia bukan siapa-siapa. ”Yang bisa mengendalikan hati itu ya tokoh-tokoh masyarakat. Misalnya orang bisa jadi camat, bupati, tapi kalau melangkahi kiai-kiai yang nyata-nyata punya pengaruh, kan nggak bisa,” tuturnya.
Atas kesempatan bisa ngaji langsung ke Gus Baha, Gus Jazil menyampaikan ucapan terima kasih dan mendoakan Gus Baha selalu sehat, dan Ponpes Tahfidzul Qur'an LP3IA bisa menjadi sumber lahirnya para ulama Indonesia kedepan. ”Kita perlu dukung bersama agar kita semua, utamanya para politisi tetap menggunakan kaidah-kaidah syariah agama dalam mencapai maksud dan tujuannya,” ungkap Gus Jazil.
(Vitrianda Hilba Siregar)