Ketidakadilan yang Maryam terima sebatas karena terlahir sebagai seorang perempuan. Kaum perempuan dilemahkan dan dianggap mustahil mampu mengerjakan pekerjaan mereka dengan alasan lemah secara fisik dan mental sesuai kodratnya.
Di tengah budaya jahiliyah yang identik dengan sistem patriarki yang mengikat dalam setiap tatanan social masyarakat Timur Tengah, Maryam membuktikan bahwa dirinya mampu menuntaskan pekerjaan yang dianggap hanya bisa dikerjakan laki-laki.
Baca juga: Kisah Nabi Ishaq, Nenek Moyang Peradaban Manusia
Sebagaimana tersebut dalam sejarah bahwa pada zaman pra-Islam, orang Arab merasa malu jika istrinya melahirkan seorang anak perempuan. Hal ini dianggap sebagai aib terbesar bagi keluarga. Oleh karena itu, bayi perempuan yang baru lahir langsung dikubur hidup-hidup. Hal ini digambarkan Al Quran dalam Surah At Takwir Ayat 8–9:
وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ
بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ
"Apabila bayi perempuan dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?"
Baca juga: Kisah Rasulullah Perintahkan Ali Makan Gandum Dibanding Anggur, Ini Alasannya
Begitulah Maryam. Teramat haru kisahnya dalam berjuang membuktikan bahwa perempuan berhak akan kesetaraan dalam hal beribadah. Perempuan pertama yang mampu menduduki dan hidup dalam Al Aqsa sebagai pelayan Tuhan.
Dari kisah ini kita menyadari, sungguh bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala tidak sekalipun meninggalkan hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui setiap doa hamba-Nya, baik yang terucap maupun tidak terucap. Kebaikan dan pahala tidak terhitung adalah bagi mereka yang mau bersabar atas setiap ujian yang diberikan oleh Allah Ta'ala. Rahmat Allah Ta'ala adalah kekal bagi mereka yang memegang teguh iman mereka.
Wallahu a'lam bishawab.
(Hantoro)