Oleh karena itu, di sini Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam mengkhususkan: "Barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang mukmin di dunia maka Allah akan menghilangkan penderitaannya di akhirat."
Karena penderitaan di dunia masih bisa dihadapi. Adapun penderitaan akhirat siapa yang bisa menghadapinya? Penderitaan dengan berbagai macam model penderitaan. Maka barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang Mukmin, maka dia akan dihilangkan penderitaannya di hari kiamat.
Baca juga: Ini Bukti Sedekah Tidak Akan Mengurangi Hartamu
Naffasa (نَفَّسَ) dalam bahasa Arab diambil dari التَنْفِيْس yang artinya “melegakan.” Jika ada orang tercekik, susah bernapas, dadanya sempit, udara sulit keluar dari kerongkongannya, kemudian kita lepaskan. Itulah namanya tanfis. Jadi seakan-akan ia mudah untuk bernapas lagi.
Ini merupakan isyarat bahwasanya ketika seseorang melihat saudaranya mengalami penderitaan, bisa jadi dia tidak menghilangkan penderitaannya secara total, tapi paling tidak dia meringankan seperti pada tersebut, orang yang sebelumnya sulit untuk bernapas, sulit untuk bergerak, tiba-tiba dia bisa lagi menghembuskan udara/nafasnya sehingga dia merasa ringan.
Maka itu, jika seseorang berusaha membantu saudaranya semaksimal mungkin maka Allah akan menghilangkan penderitaannya pada hari kiamat.
Baca juga: Ustadz Firanda Andirja: Kenikmatan Sempurna Hanya Ada di Surga
Meskipun disebutkan bahwa hadits ini menunjukkan al jaza min jinsil ‘amal (balasan sesuai dengan perbuatan). Namun pada hakikatnya, amalan kita tidak sebanding dengan pemberian Allah, dengan balasan yang Allah berikan.
"Bayangkan, kita hanya menghilangkan penderitaan seseorang di dunia, tetapi balasannya penderitaan kita di akhirat yang akan dihilangkan Allah Subhanahu wa ta'ala. Tentu tidak ada bandingannya antara penderitaan di dunia dengan penderitaan di akhirat," tuntasnya.
Wallahu a'lam bishawab.
(Hantoro)