Berkali-kali Abdul Muthalib mengulang-ulang bait syair ini di samping Baitullah sampai akhirnya Abu Jahal mendatanginya dengan menaiki unta bersama Muhammad di depannya.
Abu Jahal pun menceritakan sebuah kisah mengejutkan dari apa yang dialaminya bersama keponakannya itu.
Kemudian Abu Jahal berkata: "Engkau tidak tahu, apa yang mengherankan dari putramu?"
"Kenapa?" kata Abdul Muthalib.
"Aku menderumkan unta, kemudian Muhammad aku naikkan di belakangku, namun untanya enggan berdiri. Setelah Muhammad aku naikkan di depanku, baru untanya mau berdiri."
Seakan-akan untanya berkata: "Hai orang dungu, dia (Muhammad) adalah seorang imam, kenapa imam di belakang pengikut atau makmumnya?" demikian menjelaskan Abu Jahal. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma'alimit Tanzil, [Surabaya, Al-Hidayah], juz II, halaman 452)
Dari kisah ini dapat ditarik kesimpulan, meski di kemudian hari Abu Jahal hari menjadi penentang keras Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, dirinya tetap mempunyai sisi kebaikan atau setidaknya pernah berbuat baik.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)