Hukum Sholat Dhuha Berjamaah, Ini Kata Para Ulama

Novie Fauziah, Jurnalis
Kamis 12 Januari 2023 15:12 WIB
Ilustrasi hukum sholat dhuha berjamaah. (Foto: Shutterstock)
Share :

HUKUM sholat dhuha berjamaah sangat menarik diketahui kaum Muslimin. Salah satu sholat sunnah yang sangat dianjurkan adalah dhuha. Sholat ini biasanya dikerjakan sendiri-sendiri dan minimal 2 rakaat. Sholat ini memiliki banyak keutamaan, salah satunya memperlancar rezeki.

Dikutip dari kanal YouTube Rumah Fiqih, Ustadz Wildan Jauhari mengatakan biasanya sholat dhuha berjamaah sering dijumpai di sejumlah sekolah yang menganjurkan murid-muridnya melaksanakannya.

BACA JUGA:Jadwal Sholat Hari Ini Kamis 12 Januari 2023M/19 Jumadil Akhir 1444H 

Lantas, apakah boleh sholat dhuha dilakukan secara berjamaah? Bagaimana hukumnya?

Ustadz Wildan mengetakan, para ulama membagi sholat sunnah ini menjadi dua bagian. Pertama, sholat sunnah yang memang disyariatkan untuk dilakukan secara berjamaah. Contohnya, sholat gerhana, sholat istisqa', sholat tarawih, Sholat Idul Fitri, dan Sholat Idul Adha.

"Maka selain itu dianjurkan untuk melakukannya sendiri-sendiri. Misalnya sholat dhuha, sholat witir (di luar Ramadhan), atau sholat rawatib di luar sholat fardhu itu disunnahkan," katanya.

BACA JUGA:Doa Setelah Sholat Dhuha Sesuai Sunnah Lengkap Keutamaannya 

Sementara jika sholat dhuha dilakukan secara berjamaah, lanjut dia, hukumnya menurut pendapat para ulama diperbolehkan (mubah). Hal ini lantaran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam juga pernah melakukannya.

"Misalnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam sedang berada di rumah sahabat yang tiba-tiba ingin ikut sholat bersama Nabi. Maka Nabi Shallallahu alaihi wassallam sholat sunnah dilakukan secara berjamaah," terangnya. 

Sementara menurut Syekh Abdurrahman bin Muhammad Ba‘alawi dalam karyanya "Bughyatul Mustarsyidin" menjelaskan:

تباح الجماعة في نحو الوتر والتسبيح فلا كراهة في ذلك ولا ثواب ، نعم إن قصد تعليم المصلين وتحريضهم كان له ثواب ، وأي ثواب بالنية الحسنة ، فكما يباح الجهر في موضع الإسرار الذي هو مكروه للتعليم فأولى ما أصله الإباحة ، وكما يثاب في المباحات إذا قصد بها القربة كالتقوّي بالأكل على الطاعة ، هذا إذا لم يقترن بذلك محذور ، كنحو إيذاء أو اعتقاد العامة مشروعية الجماعة وإلا فلا ثواب بل يحرم ويمنع منها

Artinya: "Sholat berjamaah pada misalnya sholat witir, dan tasbih, diperbolehkan. Berjamaah dalam hal ini tidak makruh dan juga tidak berpahala. Tetapi jika diniatkan untuk mendidik dan menganjurkan orang-orang untuk mengamalkannya, maka ia bernilai pahala. Mana saja bernilai pahala jika didasarkan pada niat baik untuk kepentingan pengajaran –seperti kebolehan membaca jahar di tempat sir yang mana itu adalah makruh– maka utamanya adalah kembali ke (hukum) asal, yaitu mubah."

"Hal ini sama halnya dengan berpahalanya aktivitas mubah bila diniatkan untuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti aktivitas makan dengan niat memperkuat raga untuk taat kepada Allah. Tentu saja hal itu berlaku bila mana tidak disertai dengan hal yang mengkhawatirkan seperti mengganggu orang lain atau munculnya keyakinan masyarakat atas kesunahan berjamaah sembahyang tersebut. Kalau sembahyang berjamaah itu disertai hal yang mengkhawatirkan, maka tidak berpahala, bahkan haram dan harus dicegah." (Abdurrahman bin Muhammad Ba‘alawi, Bughyatul Mustarsyidin, Beirut, Darul Fikr, juz I, halaman 136)

Kesimpulan:

1. Sholat sunnah yang utama adalah sholat sunnah yang dilakukan secara munfarid (sendiri) dan lebih utama lagi dilakukan di rumah, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ

Artinya: "Hendaklah kalian manusia melaksanakan sholat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik sholat adalah sholat seseorang di rumahnya kecuali sholat wajib." (HR Bukhari nomor 731)

2. Terdapat sholat sunnah tertentu yang disyariatkan secara berjamaah seperti sholat tarawih.

3. Sholat sunnah selain itu –seperti sholat dhuha dan sholat tahajud– lebih utama dilakukan secara munfarid dan boleh dilakukan secara berjamaah namun tidak rutin atau tidak terus-menerus, akan tetapi kadang-kadang.

4. Jika memang ada maslahat untuk melakukan sholat sunnah secara berjamaah seperti untuk mengajarkan orang lain, maka lebih utama dilakukan secara berjamaah.

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya