SEBUAH ungkapan berbunyi "lidah lebih tajam dari pedang," yang berarti bahwa setiap perkataan akan memberikan efek besar pada seseorang. Entah itu dapat memberinya semangat, kebahagiaan, atau malah menyakiti hatinya, mengubah sikapnya, hingga bisa membuat seseorang murka.
Untuk itu, penting bagi seseorang untuk menjaga lisannya. Apalagi di tengah dunia berteknologi seperti sekarang. Perkataan tak hanya keluar dari lisan, tapi juga ketikan.
Tak jarang ketikan atau komentar seseorang membuat hati yang lain menjadi sedih atau terluka. Oleh karena itu semua insan diharapkan menjaga lisan agar tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.
Menjaga lisan mejadi suatu keharusan bagi umat Muslim. Imam al-Muhâsibi dalam kitabnya Risâlah al-Mustarsyidîn menjelaskan tentang apa yang wajib lisan jalankan:
وَفَرْضُ اللِّسَانِ الصِّدْقُ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ وَكَفِّ الْأَذَى فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ وَتَرْكُ التَّزَيُّدِ بِالْخَيْرِ وَالشَّرِّ .
“Dan kewajiban lisan yaitu jujur dalam keadaan senang maupun marah, menahan dari menyakiti dalam keadaan sendirian maupun ramai, dan meninggalkan berlebihan dalam perkataan baik maupun buruk.” (al-Hârits al-Muhasiby, Risâlah al-Mustarsyidîn, Dar el-Salam, halaman 116)
BACA JUGA:
Berdasarkan penjelasan Imam al-Muhasibi di atas, maka sebaiknya setiap Muslim selalu berikhtiar menjaga lisan dengan cara berlatih tidak mengucapkan hal-hal yang tidak diperlukan.