Namun ternyata respons keluarga marah dan kecewa mengetahui bahwa Niko akan menjadi mualaf. Berbagai perkataan kurang mengenakkan terlontar dari keluarganya yang tidak terima, kalau dirinya sejak kecil sudah disumpah agama tapi setelah besar malah memilih Islam.
"Lalu saya jawab, 'Lho, itu kan hak saya.' Hak asasi manusia itu memilih apa yang diinginkan tanpa ada paksaan," beber Niko.
Meski demikian, dirinya tetap membulatkan tekad untuk menjadi mualaf. Sebab, ia sadar betul dari hati nuraninya bahwa sesungguhnya Islam adalah agama terbaik untuk dunia dan akhirat.
Tidak hanya itu, ternyata kedatangan Niko tidaklah sendiri. Ia datang ke sana bersama dua temannya yaitu Aryo dan Wahyu yang sama-sama ingin menatapkan diri mengucap dua kalimat syahadat.