3. Ikhlas menimbulkan perjuangan
Suatu ketika Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, "Wahai Rasulullah, perihal ayat:
وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ ۙ
'Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.' (QS Al Mukminun Ayat 60)
Apakah itu tentang mereka yang mencuri, berzina, dan menenggak minuman keras kemudian ia takut kepada Allah Ta'ala?"
Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pun menjawab:
لا يا بنت أبي بكر الصديق، ولكنهم الذين يصلون ويصومون ويتصدقون وهم خائفون ألا يتقبل منهم
"Tidak wahai putri Abu Bakar Ash-Shiddiq, justru mereka adalah orang-orang yang melaksanakan sholat, berpuasa, dan bersedekah sedang mereka takut amalan mereka tidak diterima (oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala)." (HR Tirmidzi nomor 3175)
Sungguh keikhlasan memerlukan perjuangan, baik itu sebelum beramal, saat beramal, maupun setelah beramal.
4. Ikhlas menimbulkan banyak berdoa
Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Lihatlah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:
« اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ »
"Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku pun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui." (HR Ahmad)