Ada tiga rencana alokasi penyaluran, yakni tanggap darurat 30 persen (Rp30.000.000.000), masa pemulihan 20 persen (Rp20.000.000.000), dan masa rekonstruksi 50 persen (Rp50.000.000).
Dia mengungkapkan bahwa ini semua memiliki nilai yang sangat tinggi dan memengaruhi dunia. Hal ini menunjukkan bagaimana kuatnya umat Islam dalam memberikan bantuan terhadap Palestina.
"Menyampaikan bantuan sulitnya bukan main. Pintu satu-satunya yang dibuka hanya Raffah, pintu Mesir. Baik Pemerintah Indonesia maupun kami juga melalui pintu Raffah," ungkapnya.
Dana yang diperoleh telah disalurkan, Indonesia sendiri menyalurkan Rp3 miliar. Melalui lembaga-lembaga Mesir sebanyak yang dibagi menjadi tiga, yaitu Mishr Al-Kheir sebanyak 330.000 dolar, Egyptian Red Crescent Mesir 330.000 dolar, dan Bayt Zakat Wa As-Shadaqat Mesir 340.000 dolar.
"Tiga lembaga itulah yang mempunyai otoritatif di dalam memberikan bantuan dan mempunyai jalur langsung ke Gaza karena satu-satunya pintu yang dibuka hanya Pintu Raffah Mesir. Hanya Mesir yang dipercaya menyalurkan bantuan dari semua negara," bebernya.
"Kami memilih menyalurkan uang dan dibelanjakan di sana karena biaya lebih murah dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat Gaza," ujarnya.
Penggalangan dana akan terus dilanjutkan hingga 31 Desember 2023. "Jika diizinkan dan masih memungkinkan untuk terus dilanjutkan," terangnya.
Dirinya mengatakan bantuan kemanusiaan ini akan terus disalurkan hingga batas peperangan tersebut selesai.
(Hantoro)