Tapi sayangnya niat tersebut tidak terlaksana, sebab tuan menteri dan para pengawal segera mendatangi rumah Abu Nawas. Tuan menteri lalu mengamankan si pencuri dengan melepaskannya dari tangan warga. Si pencuri kini berdiri di samping tuan menteri.
"Sudah saya peringatkan berkali-kali, kalian tidak boleh main hakim sendiri. Kalau ada yang berani menyakitinya, aku tidak segan-segan menghukum kalian," ancam tuan menteri kepada para warga.
"Tapi bagi siapa saja yang tidak pernah memiliki kesalahan selama hidupnya boleh memukul atau melempar batu ke pencuri ini. Ayo silakan bila kalian merasa sok suci," bentak tuan menteri.
Mendengar itu, para warga pun terdiam seketika. Tapi tidak bagi Abu Nawas, diam-diam ia mengambil dua batu besar lalu dilemparkan ke arah langit secara bersamaan.
Saat dua batu tersebut kembali turun ke bawah, masing-masing mengenai kepala si pencuri dan tuan hakim. Sontak si pencuri langsung pingsan jatuh tersungkur. Dari kepalanya keluar darah bercucuran.
Begitu juga dengan tuan menteri. Meski tidak pingsan, dia mengalami sakit yang luar biasa dari kepalanya hingga bercucuran darah cukup banyak.
"Kurang ajar! Siapa yang berani berbuat lancang melempar batu?" teriak tuan menteri penuh emosi.
Dikarenakan takut menjadi sasaran amukan tuan menteri, orang-orang di sana lalu menunjuk bahwa Abu Nawas-lah pelakunya.
"Kurang ajar kau, Abu Nawas. Kau akan mendapat hukuman berat," bentak tuan menteri.
"Salahku di mana? Kenapa tiba-tiba aku dihukum?" tanya Abu Nawas berpura-pura.
"Kamu telah berani melempari kepalaku dengan batu," jawab tuan menteri.
"Oh itu, bukankah tadi tuan menteri mengatakan sendiri, siapa saja yang tidak pernah bersalah selama hidupnya boleh melempari si pencuri dengan batu," balas Abu Nawas.
"Jadi kau merasa kalau kamu tidak pernah berbuat salah? Jangan sok suci kamu, Abu Nawas," hardik tuan menteri.
"Justru itu, karena aku orang yang pernah berbuat salah, makanya aku minta bantuan malaikat langit. Aku berikan dia dua batu dengan cara melemparkannya ke atas. Ketika malaikat langit mengembalikan batu itu ke bawah ternyata yang kena bukan hanya pencuri, tapi tuan menteri juga ikut kena. Mungkin malaikat langit lebih tahu bila selama ini tuan menteri bersekongkol dengan si pencuri," kata Abu Nawas.
Mendengar itu tuan menteri tidak bisa berkata apa-apa, tapi memendam amarah kepada Abu Nawas. Tuan menteri ingin menghukumnya saat itu juga karena perkataan yang diucapkan Abu Nawas hanya dibuat-buat.
Belum sempat tuan menteri perintahkan pengawal untuk menangkap, tiba-tiba Abu Nawas berkata lagi, "Kalau besok-besok dia sampai kedapatan mencuri lagi dan tuan menteri menolong dengan alasan akan mengamankannya, maka batu ini bukan hanya akan aku berikan kepada malaikat langit, tapi akan aku berikan juga kepada Baginda Raja," ancam Abu Nawas.
Mendengar perkataan tersebut nyali tuan menteri mendadak ciut. Tuan menteri yang tadinya bersikap garang, mendadak berubah menjadi santun, sebab tahu betul betapa dekatnya Abu Nawas dengan Baginda Raja.
"Maafkan aku Tuan Abu Nawas. Aku pastikan kali ini si pencuri akan mendapat hukuman," kata tuan menteri.
Sejak saat itulah akhirnya si pencuri menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatannya karena tuan menteri sudah tidak berani melindunginya.
Allahu a'lam.
(Hantoro)