Menjadi mualaf seolah sebatas status saja bagi Yanice. Dia mengaku belum menyempurnakan ibadah sebagai seorang Muslimah kala itu. Terlebih, dia disibukkan dengan pekerjaan dunianya.
Yanice kemudian melanjutkan pekerjaanya di merek susu sebelumnya. Tak disangka, rezekinya benar-benar lancar dari pekerjaan itu. Lambat laun ekonomi keluarganya pun makin meningkat, bahkan Yanice sudah bisa menabung untuk masa depan.
Akan tetapi, Yanice justru melupakan perannya sebagai istri dan ibu. Sang suami pun kembali memintanya untuk berhenti bekerja. Dengan legawa, Yanice pun benar-benar keluar dari perusahaan tersebut.
Suatu saat Yanice mulai tertarik memakai hijab usai melihat sahabatnya di Banjarmasin memakai hijab. Dia pun memborong berbagai macam hijab untuk mengikuti tren kekinian. Ya, kala itu Yanice memakai hijab hanya sekadar mengikuti fesyen. Dia sama sekali belum memikirkan untuk menutup auratnya.
"Tiba-tiba aku dapat ujian lagi. Rambut rontok, hampir tidak ada rambut. Nah, aku pakailah jilbab itu untuk menutupi rambut sampai akhirnya rambut panjang lagi. Jadi pake hijab itu untuk menutupi rambut, bukan aurat,hanya menutupi kepala aja," kata Yanice.
Potret Yanice memakai hijab kemudian tersebar di media sosial. Hal itu membuat Yanice dan keluarganya berantam hebat. Mereka bahkan sampai putus kontak berbulan-bulan. Pasalnya, penampilan Yanice berhijab itu melukai hati ibunya.
"Kamu masuk Islam, masuk. Islam aja, tapi kamu jangan pakai jilbab. Sedih banget kan, aku langsung diam," ucap Yanice.
Tidak menghiraukan cibiran keluarga, Yanice memilih memblokir akun media sosial keluarganya. Dia pun kembali merasa tenang dan senang dengan penampilan hijabnya. Namun, lagi-lagi Yanice diberi cobaan. Ekonominya kembali menurun karena pandemi covid-19.
Tidak putus asa, Yanice pun mencari cara agar keluarganya bisa bertahan. Dengan keberanian yang ada, akhirnya Yanice membuka bisnis kuliner soto banjar.
"Di luar perkiraan aku, itu kan memasuki bulan puasa, aku promo ke orang Banjar yang di sini ternyata rame banget," katanya.
Dari bisnis kuliner itulah Yanice membantu meningkatkan ekonomi keluarganya. Berjalannya waktu, Yanice kembali mendapat kejutan dari Allah Ta'ala melalui rekan lamanya.
"Si temen bilang, tolong bantu pekerjaan ini. Kamu aku kasih jabatan manajer, wow," ucap Yanice.
Beruntungnya sang suami menyetujui pekerjaan itu. Yanice pun dengan senang hati mengelola restoran itu. Sejak saat itu, ekonomi keluarganya mulai stabil. Bahkan, kini keluarga Yanice hidup serba-berkecukupan hingga memiliki mobil.
"Aku percaya segala sesuatu itu tidak ada yang mungkin asalkan kita berusaha. Syukurin saja, dengan bersyukur apa pun itu terasa enak dan bahagia," pungkasnya.
Wallahu a'lam.
(Hantoro)