Allah Subhanahu wa ta'ala menunjukkan jalan Madam Ani menuju Masjid Istiqlal dan bertemu dengan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. Di Masjid Istiqlal itulah dia bersayahadat dan memeluk agama Islam. Tapi tentu saja, cobaan yang dirasakan olehnya cukup besar.
"Sampai di Jakarta numpang, dan itu luar biasa galaunya. Bagaimana cara biar bisa hidup, bisa diterima oleh keluarga di Jakarta, tetapi tidak diterima. Numpang enggak boleh, waduh besok harus cari kerja," ujarnya.
Beruntung, Madam Ani mendapat orangtua angkat. Namun di awal masa tinggal, dia tidak langsung disukai oleh sang ibu angkat.
"Karena pengalaman mualaf ada yang baik dan tidak, menurut ibu angkat ini saya mualaf yang bandel lah gitu. Waktu datang enggak pakai jilbab, pakaian ya biasalah anak muda," tuturnya.
Di samping cobaan yang dirasakan, para mualaf lainnya pun turut serta membantu Madam Ani dalam mendapatkan pekerjaan. Ketika lulus SMA, ia bekerja di salah satu bank berkat bantuan rekan mualaf.
Hingga akhirnya Madam Ani pun berhasil mendapatkan beasiswa. Tidak tanggung-tanggung, beasiswa tersebut menawarkannya untuk kuliah di Institute Islamic University Malaysia.
Berbagai cobaan yang diterima tidak menggoyahkan hatinya untuk tetap berpegang teguh pada Islam. Madam Ani mengatakan makin menjaga komitmen Islam, kemudahan dari Allah Subhanahu wa ta'ala pun terus mengalir deras.
Wallahu a'lam.
(Hantoro)