5 Teks Khutbah Jumat Singkat 1 Lembar

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Rabu 09 April 2025 14:51 WIB
5 Teks Khutbah Jumat Singkat 1 Lembar (Ilustrasi/Okezone/Erha A Ramadhoni)
Share :

JAKARTA - 5 teks khutbah Jumat singkat 1 lembar akan diulas dalam artikel ini. Khutbah singkat ini akan memudahkan khatib untuk menghafal maupun membacanya saat menyampaikan pesan yang disampaikan. 

Diketahui, khutbah merupakan salah satu rukun dalam pelaksanaan sholat Jumat. Khatib menyampaikan khutbah untuk para jamaah. 

Khutbah Jumat dianjurkan tidak terlalu panjang. Hal ini agar para jamaah tidak bosan mendengarkan. 

Berikut 5 teks khutbah Jumat singkat 1 lembar, sebagaimana dihimpun Okezone, dari laman NU online, Rabu (9/4/2025):

1. Khutbah Jumat: Pengaruh Alquran dalam Kehidupan Manusia

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَإِذا ما أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زادَتْهُ هذِهِ إِيماناً فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزادَتْهُمْ إِيماناً وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزادَتْهُمْ رِجْساً إِلَى رِجْسِهِمْ وَماتُوا وَهُمْ كافِرُونَ. (التوية: ١٢٤-١٢٥). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Alquran adalah kitab suci umat Islam yang merupakan sumber hukum dan pedoman kehidupan di dunia. Alquran tidak sebatas bahan bacaan biasa yang melahirkan kebaikan atau pahala dari setiap huruf yang dibaca, akan tetapi Alquran juga merupakan kitab yang harus dibaca dengan penuh keimanan dan kesucian hati agar melahirkan karakter mulia. Imam Ibnu Katsir dalam kitab As-Sirah an-Nabawiyah, juz 2, halaman 33 mengutip kisah Islamnya Umar bin Khatthab yang disampaikan Ibnu Ishaq, bahwa ketika Umar bin Khatthab mendengar Khabbab bin al-Arat membacakan surat Thaha kepada Fatimah bin Khatthab, Umar meminta Fatimah menyerahkan lembaran surat Thaha kepadanya untuk dibaca.

Setelah Umar membacanya, ia berkata, “Betapa indah dan mulia bacaan ini”. Setelah itu, Umar meminta Khabbab menemaninya menghadap Nabi untuk masuk Islam.   Kisah ini menggambarkan bahwa dengan keimanan dan kesucian hati, membaca dan mendengarkan Alquran akan mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Taubah, ayat 124-125:

  وَإِذا ما أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زادَتْهُ هذِهِ إِيماناً فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزادَتْهُمْ إِيماناً وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزادَتْهُمْ رِجْساً إِلَى رِجْسِهِمْ وَماتُوا وَهُمْ كافِرُونَ  

Artinya, “Apabila diturunkan suatu surah, di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?’ Adapun (bagi) orang-orang yang beriman, (surah yang turun) ini pasti menambah imannya dan mereka merasa gembira. Adapun (bagi) orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, (surah yang turun ini) akan menambah kekufuran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.”

Ketika orang beriman membaca dan mendengar Alquran, maka ada perubahan positif di dalam hatinya dengan peningkatan kualitas iman dan implementasi iman dalam bentuk perilaku baik yang mencerminkan Alquran. Alquran juga bisa melahirkan kebahagiaan di dalam hati mereka karena dapat membimbing mereka ke jalan yang benar. Hal ini ditegaskan Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam at-Tafsirul Munir, juz 11, halaman 85:

  فَأَمَّا المُؤْمِنُوْنَ فَيَزِيْدُهُمْ نُزُوْلُ القُرْآنِ يَقِيْنًا وِتَصْدِيْقًا وَقُوَّةً دَافِعَةً إِلَى العَمَلِ بِهِ، وَهُمْ أَيْ وَحَالُهُمْ أَنَّهُمْ يَفْرَحُوْنَ بِنُزُوْلِ السُّوْرَةِ لِأَنَّهًا تُزَكِّيْ أَنْفُسَهُمْ، وَتُرْشِدُهُمْ إِلَى سَعَادَتِهِمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ  

Artinya, “Adapun orang-orang beriman, maka turunya Alquran akan menambahkan keyakinan terhadap Alquran, pengakuan kebenaran Alquran, dan kekuatan untuk mengamalkan isi kandungan Alquran. Mereka merasa senang dengan turunnya surat Alquran karena dapat membersihkan jiwa mereka dan menunjukkan kepada mereka jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Di sisi lain, orang yang tidak memiliki keimanan dan kesucian hati akan menolak kebenaran Alquran. Mereka menganggap bahwa Alquran hanya sebatas bacaan biasa, bahkan mencemooh Alquran sebagai buatan manusia, sebagai karya syair manusia, dan sebagai sihir. Allah menyinggung hal ini dalam surat Al-Nisa’, ayat 140:

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الكتاب أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ الله يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُواْ مَعَهُمْ حتى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ

Artinya: “Sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu dalam Kitab (Alquran) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.”

Suasana hati membuat seseorang dapat menentukan sikap dalam merespons sesuatu. Ketika hati dalam keadaan baik, maka apapun yang datang akan disikapi dengan baik. Alquran adalah mukjizat Allah, akan tetapi untuk menghidupkannya dalam karakter manusia, ia harus bisa membersihkan hatinya dari sifat-sifat buruk. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Syekh al-Sya’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi atau Khawathirusy Sya’rawi, juz 17, halaman 10517:

فَالقُرْآنُ وَاحِدٌ، لَكِنَّ المُسْتَقْبِلَ لَهُ مُخْتَلِفٌ: هَذَا اسْتَقْبَلَهُ بِنَفْسٍ صَافِيَةٍ رَاضِيَةٍ، وَهَذَا اسْتَقْبَلَهُ بِلَدَدٍ وَقَلْبٍ مُغْلَقٍ، فَكَأَنَّهُ لَمْ يَسْمَعْ، فَالمَسْأَلَةُ مَسْأَلَةُ فِعْلٍ وَقَابِلٍ لِلفِعْلِ، وَسَبَقَ أَنْ مَثَّلْنَا لِذَلِكَ بِمَنْ يَنْفُخُ فِي يَدِهِ أَيَّامَ البَرْدِ وَالشِّتَاءِ بِقَصْدِ التَّدْفِئَةِ، وَيَنْفُخُ فِي كُوْبِ الشَّايِ مَثَلاً بِقَصْدِ التَّبْرِيْدِ، فَالفِعْلُ وَاحِدٌ، لَكِنَّ المُسْتَقْبِلَ مُخْتَلِفٌ

Artinya: “Alquran satu, tetapi yang menerimanya berbeda-beda. Satu orang menerima Alquran dengan hati yang bersih dan penuh keridloan, sedangkan orang lain menerimanya dengan menentang dan hati yang tertutup, seakan-akan ia tidak mendengar Alquran. Oleh karena itu, permasalahannya terletak pada perilaku dan menyikapinya. Sebagai contoh hal tersebut adalah orang yang meniupkan angin dari mulutnya ke arah tangannya di musim dingin atau penghujan untuk menghangatkan tangan, akan tetapi berbeda pada saat ia meniupkan angin dari mulutnya ke cangkir teh untuk mendinginkan air teh. Jadi perilakunya sama, tetapi yang menerimanya berbeda.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah Semoga Allah selalu memberikan keimanan dan ketenangan hati dalam diri kita agar dapat membaca, mendengar, dan menerima Alquran dengan baik, sehingga kita dapat mengimplementasikan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Dari ini, semoga kita tergolong orang-orang yang bertakwa di hadapan Allah. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسْلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ اللهُ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرِ العَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

2. Beramallah, Rezeki akan Berkah dan Bertambah

Khutbah I    

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا، فَصَّلَ وَبَيَّنَ وَقَرَّرَ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا وَمَنْهَجًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ الْأَنَامِ وَسَلَّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا   أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ  

Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah  

Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa bersyukur dan mengungkapkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah melimpahkan rezeki dan nikmat pada kita semua dalam kehidupan ini. Allah berjanji akan menambah nikmat dan rezeki, bila semua itu kita syukuri dan sebaliknya akan melaknat dengan adzab yang sedih jika kita mengkufuri nikmat tersebut. Tegas, Allah menyebutkannya dalam Alquran surat Ibrahim ayat 7:  

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ۝٧  

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”  

Selain bersyukur, mari kita juga menguatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya takwa. Takwa akan membimbing kita ke arah jalan yang benar dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Takwa akan menguatkan keyakinan dan menyadarkan bahwa Allah lah yang paling berhak dan berkuasa atas kehidupan di dunia ini. Dengan kesadaran ini, kita akan hidup dengan tenang dan mampu menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslimin wa Zumratal Mu’minin rahimakumullah  

Kita pasti menginginkan kehidupan yang senantiasa diberi kecukupan dan penuh dengan keberkahan. Salah satu kunci untuk meraih kecukupan rezeki yang luas dan berkah dalam hidup adalah dengan bekerja dan beramal. Islam mengajarkan kita untuk tidak bermalas-malasan. Islam mendorong umatnya untuk senantiasa menjadi pekerja keras dan cerdas dalam memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Umar bin Khattab pun menyebut bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan lebih memiliki kelebihan dibanding yang tidak mau bekerja.    Dalam Kitab Kanzul Ummal Nomor 9858 Umar bin Khattab menyebut bahwa sehebat-hebatnya seseorang jika ia tidak bekerja maka wibawanya akan runtuh:    

إِنِّيْ لَأَرَى الرَّجُلَ فَيُعْجِبُنِيْ، فَأقُوْلُ: لَهُ حِرْفَةٌ؟ فَإِنْ قَالُوا: لَا؛ سَقَطَ مِنْ عَيْنِي  

 Artinya: “Sungguh kadang aku melihat seorang lelaki yang membuatku terkagum. Lalu aku tanyakan, ‘Dia punya pekerjaan?’ Jika mereka menjawab ‘Tidak’ lelaki itu langsung jatuh wibawanya di mataku.”  

Selain bekerja untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan, Islam juga mengajarkan kita untuk beramal dengan berbagi dari apa yang sudah kita dapatkan dan miliki. Beramal bukan hanya tentang memberikan harta, tetapi juga mencakup segala bentuk kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas, seperti membantu sesama, berbagi ilmu, ataupun sekedar menebar senyum.  

Dalam berbagai ajaran agama dan nilai kehidupan, amal diyakini sebagai jalan untuk membuka pintu rezeki. Ketika seseorang memberi dengan tulus, maka Allah akan menggantinya dengan rezeki yang lebih baik, baik dalam bentuk materi maupun kebahagiaan batin. Allah berfirman dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 261:  

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ  

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”  

Ayat ini menunjukkan bahwa beramal, khususnya dalam bentuk sedekah dan infaq, akan membawa keberkahan dan kelipatan rezeki. Amal yang kita keluarkan di jalan Allah tidak akan berkurang, justru akan bertambah dan membawa manfaat yang besar baik di dunia maupun di akhirat. Dengan keikhlasan berbagi, kebaikan-kebaikan dalam kehidupan pun akan terus bertambah. Dan inilah yang disebut dengan berkah yakni ziyadatul khair (bertambahnya kebaikan).  

Beramal dengan berbagai akan memberi dampak positif dalam kehidupan. Semua diawali dengan kebahagiaan individu karena mendapatkan apa yang diinginkan. Ketika kita mampu memberikan sebagian kebahagiaan yang kita miliki, pasti kita akan semakin bisa bahagia. Bukan hanya kita yang bahagia, orang yang menerima pun akan berbahagia. Terciptanya kebahagiaan dari yang memberi dan menerima pastinya akan mendatangkan kebahagiaan kolektif sehingga kebahagiaan dan kemaslahatan akan terwujud di tengah-tengah masyarakat.  

Jangan khawatir jika apa yang kita miliki berkurang saat kita beramal dengan berbagi. Jangan khawatir kita tidak akan dapat apa-apa dari apa yang kita berikan. Rasulullah bersabda:  

 عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ (رواه أبو داود)    

Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Mas’ud al-Anshari, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang menunjukkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala sepadan dengan orang yang melakukannya.” (HR Abu Dawud).  

Ma’asyiral Muslimin wa Zumratal Mu’minin rahimakumullah

 Bukan hanya harta yang bisa kita gunakan untuk beramal dan berbagi. Ilmu dan pengetahuan yang kita miliki juga bisa digunakan untuk bersedekah. Mengajarkan ilmu yang bermanfaat misalnya, adalah bentuk amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir meskipun seseorang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbagi ilmu yang kita miliki agar ilmu tersebut membawa manfaat bagi banyak orang.  

Dengan berbagi ilmu justru ilmu yang kita miliki akan semakin kuat dan terus bertambah. Jika kita tidak pernah mengamalkan ilmu kita dengan memberikannya pada orang lain, bisa dipastikan ilmu itu lambat laun akan hilang dan tidak bermanfaat. Pepatah Arab menyebutkan:  

الْعِلْمُ بِلَا عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلَا ثَمَرٍ  

Artinya: “Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tidak berbuah”  

Dari penjelasan ini dapat kita pahami bahwa dengan beramal dan berbagi kita akan mendapatkan tambahan kebaikan dan keberkahan. Jika kita beramal dengan materi maka kita akan mendapatkan materi lebih dari yang kita berikan. Jika kita beramal dengan ilmu, maka ilmu kita akan terus tertanam dalam diri serta bermanfaat bagi semua dan mendapatkan keberkahan. Semoga kita menjadi orang yang cinta untuk berbagi dengan sesama untuk mewujudkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Amin.  

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ  

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْاِتِّحَادِ وَالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ  اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُورَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنا ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ      عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

 

3. Cara Meraih Ketenangan Hidup

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ  

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, ketakwaan adalah kunci utama dalam meraih kebahagiaan dan ketenangan hidup di dunia maupun akhirat. Dengan iman yang kuat, maka kita akan memiliki rambu-rambu yang akan mengarahkan dan menuntun kita ke arah jalan yang benar dan meraih ridha Allah SWT.   Dengan takwa juga kita senantiasa akan ditolong oleh Allah swt serta diberikan jalan keluar dari berbagai permasalahan hidup yang kita hadapi. Dengan mampu diselesaikannya masalah dalam hidup, tentu kehidupan kita juga akan jauh lebih tenang dibanding jika kita memiliki masalah yang tak kunjung selesai.   Allah SWT berfirman dalam Alquran surat At-Thalaq ayat 2-3:

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ.وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ  

Artinya: "Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu."  

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Dalam kehidupan ini, setiap kita pasti menginginkan ketenangan. Namun, sering kali kita didatangi bahkan dihantui kegelisahan dan kekacauan batin. Hal ini tidak hanya menghantui mereka yang memiliki taraf ekonomi lemah. Mereka yang memiliki harta berlimpah atau kedudukan tinggi pun pasti pernah dihadapkan pada kondisi tidak tenang.  

Hal ini menunjukkan bahwa ketenangan bukanlah hasil dari banyaknya harta, tetapi berasal dari hati yang damai dan jiwa yang tenteram. Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Ar-Ra'd ayat 28:  

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ  

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram."  

Ayat ini menegaskan bahwa dzikrullah (mengingat Allah) mampu menjadi kunci ketenangan hati. Ketika seseorang selalu mengingat Allah dalam setiap langkah kehidupannya, ia akan merasa aman dan damai karena yakin bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin dan ketentuan-Nya.  

Dalam Tafsir Al-Munir jilid XIII, halaman 165 diterangkan bahwa ayat ini menggambarkan bahwa hati yang senantiasa dihiasi dengan dzikir dan mengingat Allah, maka akan memancar cahaya ketenangan. Hati yang selalu ingat kepada Allah laksana pelita yang akan menuntut manusia melewati kegelapan yang dihadapi dalam kehidupan dan menghadirkan ketenangan.  

Ketenangan hati yang dirasakan ini bukanlah ketenangan yang biasa. Ketenangan hati ini adalah ketenangan yang berasal dari keyakinan penuh akan kebesaran Allah dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Ketika kita menyadari bahwa semua yang terjadi adalah ketentuan Allah swt, maka kita akan memiliki hati yang kuat dan tidak mudah terguncang oleh dunia.  

Ulama tasawuf Ibnu Athaillah menyebut bahwa dzikir adalah pilar utama dari jalan yang ditempuh para sufi dan bukan rutinitas ritual yang terucap di mulut saja. Dzikir merupakan inti dari kehidupan spiritual sekaligus nafas kehidupan dan ketenangan. Dzikir ibarat ibarat air dan nutrisi yang akan menjadikan tanaman tumbuh subur dan tidak layu.  

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Terkait dengan dzikir yang mampu menumbuhkan ketenangan ini, Rasulullah saw bersabda:  

مَثَلُ الّذِيْ يَذكُرُ رَبَّهُ وَالّذِيْ لَا يَذكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ  

Artinya: “Perumpamaan antara orang yang dzikir pada Tuhannya dan yang tidak, seperti antara orang yang hidup dan yang mati." (HR Bukhari)  

Dzikir bagi hati selayak air bagi ikan. Dzikir yang merupakan kesadaran ilahiah menjadi energi yang menghidupkan hati. Karena hati adalah elemen paling pokok dari manusia, matinya hati sama dengan matinya seluruh tubuh.  

Syekh Ibnu 'Athaillah, sebagaimana dikatakan Ibnu 'Ajibah dalam Iqadhul Himam (syarah al-Hikam), menyebut bahwa di antara tanda matinya hati adalah hilangnya rasa sedih dan penyesalan ketika berbuat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ibnu 'Ajibah sendiri mengatakan, matinya hati dilatari oleh tiga faktor, yakni cinta dunia, lalai dari dzikir kepada Allah, membiarkan anggota badan jatuh dalam perbuatan maksiat.  

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Selain berdzikir, ketenangan hidup juga bisa kita dapatkan dari sikap bersabar dalam menghadapi cobaan dan bersyukur atas segala nikmat akan membuat hati lebih tenteram. Allah dengan jelas dan berjanji dalam Alquran:

  فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  

Artinya: “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6).  

Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan senantiasa memohon ampun pada Allah juga mampu mendatangkan ketenangan dalam hidup. Perlu kita sadari dan pasti kita sudah merasakan sendiri bahwa dosa dan maksiat dapat membuat hati gelisah dan hidup tidak tenteram. Oleh karena itu, kita harus senantiasa bertobat dan memohon ampun kepada Allah. Allah berfirman dalam surat Hud Ayat 47:  

قَالَ رَبِّ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِيْ بِهٖ عِلْمٌۗ وَاِلَّا تَغْفِرْ لِيْ وَتَرْحَمْنِيْٓ اَكُنْ مِّنَ  

Artinya: "Nabi Nuh berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi."  

Selain itu jamaah shalat Jumat yang diramati Allah swt, bersikap qana’ah atau merasa cukup juga bisa mendatangkan ketenangan dalam hidup. Orang yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki akan lebih mudah merasakan ketenangan dalam hidup dibanding oang yang tidak pernah memiliki rasa puas dan selalu merasa kurang. Dari Abu Hurairah Rasululah SAW bersabda:  

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ  

Artinya: “Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)  

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Demikian khutbah singkat ini yang memotivasi kita semua untuk senantiasa menjadi hamba yang selalu mengingat Allah, bersabar dalam cobaan, bersyukur atas nikmat, dan menjauhi maksiat agar hidup selalu dalam ketenangan. Semoga Allah swt senantiasa memberikan kita ketenangan hati, keberkahan dalam hidup, dan keselamatan di dunia maupun akhirat. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ  

Khutbah II  

الْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ، فَيَاعِبَادَ ﷲ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ   إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ، يٰۤـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا   اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ   عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

 

4. Jagalah Lisan supaya Tidak Menyakiti Orang Lain

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (البقرة: ٧٠-٧١). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Bahasa lisan semakin berkembang setiap hari. Perubahan gaya berbicara dari waktu ke waktu seperti mengarah kepada hilangnya rasa hormat dan menghargai lawan bicara. Pada zaman sekarang, perilaku interaksi verbal manusia sering tidak memperhatikan perasaan lawan bicara. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, termasuk pengaruh budaya bicara daerah lain yang dikonsumsi oleh generasi milenial dan masyarakat kelompok dewasa melalui media sosial. Oleh karena itu, seseorang harus menjaga ucapan lisannya sebagaimana perintah Allah dalam surat Al-Ahzab, ayat 70-71:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Artinya: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar! Maka Allah akan memperbaiki amal perbuatan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah meraih kemenangan yang besar.”

Menurut Imam Al-Qurthubi dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, juz 14, halaman 253, Qaulan Sadidan mencakup seluruh ucapan yang baik dan benar, akan tetapi dalam konteks ayat ini ia dimaknai sebagai ucapan yang tidak menyakiti Rasul dan orang-orang beriman.

وَالْقَوْلُ السَّدَادُ يَعُمُّ الْخَيْرَاتِ، فَهُوَ عَامٌّ فِي جَمِيعِ مَا ذُكِرَ وَغَيْرِ ذَلِكَ. وَظَاهِرُ الْآيَةِ يُعْطِي أَنَّهُ إِنَّمَا أَشَارَ إِلَى مَا يَكُونُ خِلَافًا لِلْأَذَى الَّذِي قِيلَ فِي جِهَةِ الرَّسُوْلِ وَجِهَةِ المُؤْمِنِيْنَ  

Artinya: “Qaul Sadid mencakup seluruh aspek kebaikan dalam berucap. Ia bermakna universal meliputi segala kebaikan yang telah disebutkan sebelumnya dan selain itu. Konteks ayat ini memberikan petunjuk pemaknaan ayat bahwa ia bukan ucapan yang dilontarkan sebelum ayat ini dengan bertujuan untuk menyakiti Rasul dan orang-orang beriman.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Ucapan seperti dua mata pisau. Ucapan bisa membahagiakan orang, tetapi juga bisa menyakiti orang lain. Ucapan bisa mendamaikan suatu bangsa, tetapi juga bisa menyengsarakan bangsa lain. Oleh karena itu, tanggung jawab ucapan sangat besar di hadapan Allah. Hal ini tergambar dari hadits yang disampaikan Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan at-Tirmidzi, juz 4, halaman 605:

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا

Artinya, “Ketika pagi hari mendatangi manusia, maka seluruh anggota tubuh memberikan peringatan kepada lisan dengan berkata ‘bertakwalah kamu kepada Allah untuk kami karena kami sangat bergantung kepadamu. Jika kamu istiqomah, maka kami istiqomah dalam kebaikan. Jika kamu menyimpang, maka kami juga akan menyimpang’.”

Hadits ini menggambarkan betapa pentingnya peran lisan dan ucapan dalam perilaku manusia. Jika ucapan manusia baik, maka perilakunya akan menjadi baik. Jika ucapan manusia buruk, maka perilakunya juga akan menjadi buruk. Dari sudut psikologis, ucapan yang baik memang dapat menimbulkan perbuatan yang baik.  

Hal ini karena lisan atau ucapan adalah ungkapan yang keluar dari dalam hati manusia, maka ia menggambarkan karakter dan perilaku manusia. Hal ini tersirat dari penjelasa Imam Al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’ at-Tirmidzi ketika menjelaskan hadits ini pada juz 7, halaman 75:

اللِّسَانُ تُرْجُمَانُ الْقَلْبِ وَخَلِيفَتُهُ فِي ظَاهِرِ الْبَدَنِ

Artinya: “Lisan adalah penerjemah bahasa hati dan implementasi hati yang nampak dari tubuh seseorang.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Tanggung jawab ucapan sangat besar, bahkan ia dianggap kunci kebahagiaan dan kesengsaraan seseorang di akhirat. Lisan dapat memasukkan manusia ke dalam surga, sekaligus dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Hal ini ditegaskan Nabi pada hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 8, halaman 101:

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

Artinya, “Sesungguhnya seorang manusia yang berbicara dengan kata-kata yang disukai Allah yang ia tidak mempedulikannya, akan tetapi Allah mengangkatnya beberapa derajat dengan ucapan itu. Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dibenci Allah yang ia tidak mempedulikannya, akan tetapi Allah akan menghempaskannya ke dalam neraka dengan ucapan itu.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah! Semoga Allah menjaga lisan dan ucapan diri kita dari hal-hal yang buruk dan menyakiti orang lain, sehingga kita bisa menyelamatkan diri kita dari tanggung jawab besar, yaitu ucapan. Dengan demikian, kita dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan di akhirat kelak. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسْلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ اللهُ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ‎اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. ‎اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرِ العَالَمِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ ‎اَللّٰهُمَّ فَقِّهْنَا فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْنَا التَّأْوِيْلَ. ‎اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا عِلْمًا نَافِعًا. ‎اَللّٰهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا. ‎اَللّٰهُمَّ نَوِّرْ قُلُوْبَنَا بِنُوْرِ العِلْمِ عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

 

5. Jangan Salah Pilih Teman

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى. أَمَّا بَعْدُ : فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى:  بِسْمِ اللّٰهِ الرّٰحْمَنِ الرّٰحِيْمِ، وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah 

Menjaga pergaulan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari. Pasalnya dengan memilih dan memiliki teman dan komunitas pergaulan yang baik, diharapkan akan membantu kita dalam hal-hal positif khususnya dalam meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW:

اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ (رَوَاهُ أَحْمَد فِي مُسْنَدِهِ)

Artinya, “Seseorang itu bergantung pada agama (perilaku dan kebiasaan) sahabatnya, maka hendaklah setiap dari kalian memperhatikan dengan siapa ia berteman.”  (HR Ahmad dalam Musnad-nya)

Dari keterangan tersebut, kita dapat memahami betapa pentingnya pergaulan. Sebab, teman memiliki pengaruh besar terhadap seberapa kuat atau lemahnya keimanan kita. Ma'asyiral muslimin rahimakumullah 

Ada lima golongan yang sebaiknya dihindari dalam pergaulan seorang Muslim. Hal ini dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah, halaman 65.

Pertama, orang bodoh. Tidak ada kebaikan sama sekali dalam berteman dengan orang yang bodoh. Bahkan ada pepatah yang mengatakan, "Musuh yang cerdas lebih baik daripada teman yang bodoh." Kenapa demikian? Karena orang bodoh bisa memberikan saran yang salah, menyesatkan, dan justru membawa kerugian bagi kita, meskipun niatnya baik.

Kedua, orang yang buruk akhlaknya. Jangan berteman dengan orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya, baik ketika marah maupun saat dikuasai nafsu. Orang seperti ini cenderung bertindak tanpa berpikir panjang, sehingga bisa menyeret kita ke dalam masalah dan keburukan.

Ketiga, orang fasik. Yaitu, mereka yang terus-menerus melakukan dosa kecil dan pernah melakukan dosa besar. Kenapa kita harus menghindari mereka? Karena jika kita terlalu sering melihat perilaku maksiat, lama-kelamaan hati kita bisa menjadi tumpul. Hal yang awalnya kita anggap salah, bisa terasa biasa saja, bahkan akhirnya kita ikut melakukannya.

Keempat, orang yang rakus terhadap dunia. Hindarilah berteman dengan orang yang terlalu mencintai dunia, karena mereka cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Tidak peduli siapa yang menjadi korban, mereka bisa mengkhianati teman sendiri demi keuntungan pribadi.

Kelima, pembohong. Jangan berteman dengan pembohong, karena mereka bisa memutarbalikkan keadaan dan fakta. Orang seperti ini bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Artinya, mereka pandai mengadu domba, membuat orang yang sebenarnya dekat menjadi saling bermusuhan, sementara orang yang jauh terasa dekat hanya dalam kebohongan dan manipulasi mereka. Jadi para jamaah sekalian, dalam memilih teman, kita harus benar-benar berhati-hati. Karena teman bukan hanya sekadar orang yang ada di sekitar kita, tapi juga bisa menentukan arah hidup dan nilai-nilai yang kita pegang.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah  

Memilih teman adalah perintah dari Allah kepada nabi-Nya dalam firman-Nya:

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Artinya, “Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.” (QS Al-Kahf: 28)

Oleh karena itu, mari kita lebih berhati-hati dalam memilih teman. Sebaiknya, kita berteman dengan orang-orang yang saleh dan bertakwa, karena merekalah yang akan menjaga agama kita, mengajak kita dalam kebaikan, serta selalu mendorong untuk bertakwa kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Bakri Al-Makki dalam Kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, halaman 51:

وَإِنَّمَا كَانَتْ مُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ مِنَ الْأَدْوِيَةِ أَيْضًا لِأَنَّهَا تُوْرِثُ الْإِقْتِدَاءَ بِهِمْ فِي أَفْعَالِهِمْ وَأَقْوَالِهِمْ وَأَحْوَالِهِمْ

Artinya: “Bersahabat dan duduk bersama orang-orang saleh juga merupakan salah satu obat (penyembuh hati). Sebab, pergaulan dengan mereka akan menumbuhkan sikap meneladani perbuatan, perkataan, dan keadaan mereka.”

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah  

Demikian khutbah Jumat yang singkat ini dalam menjelaskan pentingnya memilih teman. semoga bermanfaat bagi kita semua, dan menjadikan kita sadar akan pentingnya memilih teman, supaya agama kita, akhlak kita, dan juga karakter kita menjadi baik dan tidak terpengaruh nilai-nilai yang negatif.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ.

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya