JAKARTA - Apakah tidak khusyuk saat sholat membuat amal ibadah tidak diterima? Hal ini mungkin masih menjadi pertanyaan bagi umat Islam.
khusyuk berasal dari kata khasya‘a yang berarti diam, tenang, dan merendahkan diri. Khusyuk menjadi roh dalam tiap kali melaksanakan sholat, sebagai bentuk kepasrahan jiwa dan raga kepada Allah SWT.
Alquran menegaskan, orang beriman yang sholatnya khusyuk akan memperoleh keberuntungan:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya.” (QS. al-Mukminun (23): 1-2).
Kata aflaha dalam ayat ini bermakna beruntung, berbahagia, dan berhasil. Inilah janji Allah: kekhusyukan dalam sholat menjadi salah satu tanda kebahagiaan sejati seorang mukmin.
Tak hanya kebahagiaan, kekhusyukan juga membawa kemudahan. Allah SWT berfirman:
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. al-Baqarah (2): 45).
Bagi hati yang lalai, sholat terasa berat. Namun, bagi mereka yang khusyuk, sholat justru menjadi penolong dan penyejuk jiwa. Lebih dari itu, sholat yang khusyuk akan berpengaruh langsung pada kehidupan sehari-hari. Allah SWT menegaskan:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-‘Ankabut (29): 45).
Sholat yang hidup oleh kekhusyukan akan menjadi benteng moral seorang muslim, menjaganya dari perilaku keji dan munkar.
Melansir laman Muhammadiyah, Rabu (27/8/2025), para ulama menjelaskan, khusyuk tidak termasuk syarat sahnya sholat. Syarat sah sholat adalah menghadap kiblat, menutup aurat, serta suci dari hadas. Rukunnya meliputi niat, takbiratul ihram, membaca al-Fatihah, rukuk, i‘tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, tasyahud, shalawat, dan salam. Semuanya dengan tuma’ninah (ketenangan).
Karena itu, sholat seseorang tetap sah meski kekhusyukan belum hadir sepenuhnya. Namun, nilainya di sisi Allah tentu berbeda. Itu karena khusyuk adalah ruh sholat yang menentukan kualitas ibadah tersebut.
Diterima atau tidaknya sholat hanya Allah yang menilai. Namun, setiap muslim wajib berusaha meningkatkan kualitas kekhusyukan sholatnya. Usaha ini tidak cukup dengan niat, tetapi perlu disiplin, latihan, dan doa yang tulus.
Wallahualam
(Erha Aprili Ramadhoni)