Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Al-Ula, Kota Hantu di Arab Saudi yang Bikin Penasaran

Amril Amarullah , Jurnalis-Jum'at, 14 September 2018 |05:34 WIB
Al-Ula, Kota Hantu di Arab Saudi yang Bikin Penasaran
Kota Al-Ula berjarak 400 Km sebelah utara dari Madinah. Foto: Okezone/Amril Amarullah
A
A
A

Pada abad ke-13, kompleks hunian di Al-Ula kian padat seiring kian ramainya karena digunakan sebagai jalur perdagangan rempah-rempah. Pengelana mahsyur Ibn Battuta sempat melintasi juga wilayah itu pada abad ke-14 atau tepatnya pada 1326. Saat itu, Ibn Battuta mencatat bahwa anggota rombongan karavan yang ia sertai juga enggan berhenti untuk minum di daerah tersebut meski kehausan.

Konon Al-Ula dan Madain Saleh disebut kota hantu atau kutukan, karena tidak seperti Petra, dengan turis, penjual suvenir, dan ojek keledai; tidak ada orang lain di sini.

Foto: Okezone/Amril Amrullah

Kebanyakan Muslim (Saudi) tidak akan datang ke sini karena mereka yakin bahwa situs ini dikutuk ketika bangsa Nabath menolak masuk Islam dan meninggalkan para dewa mereka, dan turis untuk non-Muslim yang hendak ke Arab Saudi sulit mendapatkan visa, sehingga tidak akan bisa masuk.

Absennya pengunjung dan juga iklim kering gurun Arab Saudi, itulah yang membuat Madain Saleh begitu utuh. Sementara fasad-fasad Petra pelan-pelan rusak, makam ini sangat terjaga secara mencengangkan.

Ketika Okezone tiba di lokasi, tampak bangunan bagunan rusak dari tanah liat yang tampak hancur seperti kota hantu. Sekitar 500 rumah-rumah berbentuk kubus yang didirikan dari bebatuan dan dilapisi lumpur tersebut kebanyakan sudah roboh sebagian tanpa penghuni sama sekali.

Foto: Okezone/Amril Amrullah

Reruntuhan menutupi setapak sempit yang memisahkan masing-masing rumah. Masih ada sisa-sisa atap dari pelepah kurma di sebagian rumah.

Kini, bangunan kuno tua itu berdampingan dengan bangun baru yang merupakan cikal bakal mulai ramainya kota hantu itu dipadati penduduk modern.

Sebuah universitas pun berdiri di sana, bahkan hotel-hotel menjulang tinggi, dilingkari para pedagang dan rumah warga yang umumnya adalah petani kurma, jeruk dan delima. Ada juga warga yang beternak unta dan kambing.

Tanah Subur

Okezone dan Tim MCH beruntung bisa bertemu Khaled Abdullah (65 tahun), seorang warga setempat. Ia pun sedikit menceritakan sejarah dua kota tersebut. "Lokasi itu dulu ditempati kaum Tsamud, tapi sekarang sudah tidak ada sama sekali keturunannya di sini,” kata pria tersebut saat ditemui di tepian kota al-'Ula.

Foto: Okezone/Amril Amrullah

Kaum Tsamud saat ini sudah digantikan dengan penduduk dari wilayah Hijaz lainnya seperti Khaled. Sehubungan tanah yang subur dan persediaan air tanah yang lancar sejak ribuan tahun lalu, kebanyakan mereka berprofesi sebagai petani. Khaled, misalnya, saat ini memiliki sekira 7.000 meter persegi area kebun yang ditanami kurma, jeruk, anggur, dan delima.

Ia juga menyinggung kisah soal Rasulullah yang enggan singgah dan minum di lokasi tersebut. Bahkan menurutnya, saat Nabi Muhammad melintasi kota itu, selalu mempecepat langkahnya dan enggan menoleh kanan kiri, dua kota tersebut yang kini dalam pemugaran Kerajaan Arab Saudi dan baru bisa dikunjungi wisatawan pada 2020 nanti.

(Rachmat Fahzry)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement