Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengenal Tiga Jenis Wara dan Teladan Imam Syafii

Mengenal Tiga Jenis <i>Wara</i> dan Teladan Imam Syafii
A
A
A

DUNIA keilmuan semakin berkembang, tapi tidak dengan keteladan.Sikap inilah yang ditunjukkan oleh Imam Syafii yang sudah tersohor dengan kedalaman ilmunya. Meski alim, tapi tidak merasa paling tahu serta selalu berhati-hati dalam memberikan pendapat. Berpijak pada sikap wara'.

Imam Al-Junaid Al-Baghdadi (w. 298 H) pernah berkata:

الورع في الكلام أفضل منه في المال

"Wara' dalam ucapan lebih utama daripada wara' dalam urusan harta".

Berdasarkan kamus daring Al-Maany, wara' dalam istilah fiqhiyah memiliki makna

ترك المعاصي والابتعاد عن الشبهات خوف الوقوع في الحرام

(meninggalkan maksiat dan menjauhkan diri dari syubhat karena takut jatuh dalam haram)

Menurut ulama, wara' memiliki beberapa level, yaitu wara' dari perkara haram (muharramat), wara' dari syubhat, hingga wara' dari yang halal. Yang terakhir ini levelnya para ahli makrifat.

Dalam konteks ucapan, wara' tertinggi berarti meninggalkan bicara hal-hal yang mubah. Imam Syafi'i terkenal dengan ucapannya ketika ditanya tentang suatu masalah dan tidak langsung menjawab padahal beliau sangat tahu jawabannya:

حتى أعلم أن الخسر في الكلام أم في السكوت

(...hingga aku tahu mana yang lebih baik, menjawabnya atau diam)

Diam selalu lebih baik. Diam hanya patut ditinggalkan ketika menyangkut perkara keutamaan (fadhilah) seperti nasehat, bahkan wajib ditinggalkan jika menyangkut kewajiban seperti amar makruf nahi munkar.

Rasulullah SAW menasehati kita,

الصمت حكمة وقليل فاعله (السيوطي في الجامع الصغير، عن أنس ابن مالك)

"Diam adalah hikmah, namun sedikit sekali yang melakukannya".

Oleh: KH Jamaluddin F. Hasyim

Ketua Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta

(Muhammad Saifullah )

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement