Setelah tahu nenek yang ditolongnya itu ambruk, Lukman bergegas menggendongnya (nenek) ke dokter yang ada di sektor, dan langsung ditangani oleh petugas medis.
Kemudian, Lukman meninggalkan nenek tersebut dan kembali ke Masjidil Haram untuk salat Magrib. Usai salat, dia kaget karena tiba-tiba berpapasan dengan nenek yang sempat digendongnya beberapa jam sebelumnya. Wajah nenek ini tampak sehat dan ceria, jauh berbeda dengan kondisi saat ambruk.
"Saya melihat nenek itu. Karena kondisi Masjidil Haram ramai begitu, saya cuma senyum ke nenek tersebut. Neneknya juga tersenyum. Saya heran juga kok bisa langsung sehat sedemikian cepat. Langsung kuat," katanya.
Rasa penasaran, akhirnya Lukman menanyakan kepada dokter yang telah menangani nenek tersebut. Namun jawaban yang dia dapatkan cukup mengejutkan, menurut keterangan dokter nenek tadi sudah meninggal dunia.
"Nenek yang kemarin itu? Pas ke sini kondisinya sudah lemah. Akhirnya tidak dapat tertolong," kata Lukman menirukan perkataan si dokter tersebut.

(Foto : Amril/Okezone)
Lukman pun merasa heran dan bertanya-tanya, nenek yang berpapasan di Masjidil Haram itu siapa?
"Ya itulah cerita yang paling berkesan bagi saya," ujar Lukman.
Selain pengalaman menolong neneka yang akhirnya wafat, Lukman juga menambahkan,
bahwa ia menjadi saksi kondisi tenda Arafah dan Mina yang terbuat dari kayu dan besi berkarat karena dulu belum tersedia AC.
"Dulu tidak ada AC pakai kipas angin saja," katanya.
(Helmi Ade Saputra)