INI Rabiul Awal, bulan kelahiran Rasulullah SAW. Maka umat Islam pun memperingatinya dalam tajuk Maulid Nabi.
Sebagian orang mungkin tidak memperingatinya dengan membaca Alquran dan bersalawat. Sebagian lainnya lewat Maulid Nabi yang isinya membaca Alquran, bersalawat, mendendangkan puji-pujian kepada Rasulullah dan lainnya.
Bagi yang memperingatinya lewat Maulid Nabi, tahukah Anda bahwa ada kisah penuh hikmah dalam amalan ini!
Ulama tersohor dari Makah, Sayyid Alawi Al-Maliki menceritakan bahwasanya ayah beliau, Sayyid Abbas Al-Maliki, pernah berada di Baitul Maqdis untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi pada malam ‘Ied Milad An-Nabawi. Dibacakanlah Maulid Al-Baryzanji di sana.

Ilustrasi. Foto: Istimewa
Saat itu, Sayyid Abbas melihat seorang pria tua beruban yang berdiri dengan khidmat penuh adab mulai dari awal sampai acara selesai. Ia heran, lalu bertanya kepadanya mengapa berdiri sedemikian lama sementara usianya sudah tua.
Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak mau berdiri pada acara peringatan Maulid Nabi. Ia berkeyakinan bahwa perbuatan itu adalah bid’ah sayyi’ah (bid’ah yang buruk).
Suatu malam ia bermimpi dalam tidurnya. Dia bersama sekelompok orang yang bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi Muhammad SAW. Saat cahaya wajah Nabi Muhammad laksana bulan purnama itu muncul, sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri menyambut kehadiran Rasulullah SAW.
Namun tak disangka, ia tiba-tiba tidak mampu bangkit, lumpuh. Rasullullah SAW lalu bersabda kepadanya, “Kamu tidak akan bisa berdiri.” Ia kemudian bangun dari tidurnya. Betapa sedihnya dia, ternyata ia bangun tidur dalam keadaan duduk dan lumpuh, tak mampu berdiri. Berbulan-bulan ia menderita seperti itu.
Kemudian ia bernazar jika Allah menyembuhkan sakitnya ini, ia akan berdiri mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan. Ajaibnya, tak berapa lama kemudian Allah menyembuhkannya. Maka ia pun selalu berdiri mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan untuk memenuhi nazarnya karena mengagungkan Rasulullah SAW.
Demikian dikutip dari laman resmi Lirboyo yang bersumber dari Kitab Al-Hadyut taamm fii Mawaaridil Maulidinnabawiyyi Wa Maa I’tiida Fiihi Minal Qiyaam karya Sayyid Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki Al-Makki (1287 H – 1367 H). Penulis: M. Tholhah al-Fayyad, mahasiswa Universitas Al-Azhar, Kairo.
(Abu Sahma Pane)