Saudaraku yang beriman, setelah kita bahas tentang ‘mengapa harus takwa’ dan ‘kabar gembira dari takwa,’ kali ini kita bahas pertanyaan yang diajukan kemarin. Yaitu, bagaimana menggapai takwa?
Begitu pentingnya takwa, sehingga Allah menempatkan ayat-ayat tentang takwa setelah surat pembuka, Al-Fatihah. Yakni di awal-awal surat Al-Baqarah dan selebihnya disebar di berbagai surat dalam Al-Qur’an.
Ternyata syarat menjadi takwa itu cukup banyak. Meski begitu, tak usah bersedih, kita awali saja dengan doa semoga kita dijadikan orang-orang yang bertakwa oleh Allah Yang Maha Penyayang. Amin YRA.
Baiklah, kawan, dalam tulisan ini kita tampilkan tujuh syarat takwa terlebih dahulu. Pertama, beriman kepada yang gaib (QS. Al-Baqarah 2:3). Yaitu beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat dan kepada nabi-nabi (QS. Al-Baqarah 2:177).
Nomor pertama ini yang paling utama dalam menggapai takwa, yaitu beriman kepada yang gaib. Mengapa yang gaib? Mungkin, bagi kebanyakan manusia akan susah meyakini hal-hal yang tidak terlihat, terdengar, teraba oleh panca indera. Termasuk beriman kepada para malaikat dan nabi-nabi, yang kita hanya tahu dari Alquran, Al-Hadits, atau dari guru-guru kita. Sementara itu kita tidak pernah bertemu secara fisik.
Kedua, mendirikan sholat (QS. Al-Baqarah 2:3 dan 2:177). Sholat merupakan sarana untuk manusia berkomunikasi dengan Allah. Komunikasi adalah kebutuhan manusia. Manusia harus menyampaikan keluh kesahnya.
Seperti Nabi Yakub yang mengatakan, sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku (QS. Yusuf 12:86). Jadi, kalau mau curhat, baiknya sama Allah saja lewat sholat. Penting ini!
Baca Juga : Mengapa Harus Takwa? (1)
Ketiga, menafkahkan sebagian rezeki atau menunaikan zakat atau memberikan harta yang dicintainya baik di waktu lapang maupun sempit, kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; juga memerdekakan hamba sahaya. Sebab, kata Allah, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta (QS. Al-Baqarah 2:3 dan 177, QS. Ali Imran 3:134, dan Adz-Dzariat 51:19).
Setelah pertama dan kedua hubungan antar manusia dan penciptanya, yang ketiga adalah hubungan antar manusia. Ini keren. Sebab, manusia bukan makhluk yang menyendiri. Ia makhluk sosial. Ia butuh menolong, membantu, memberi, agar hatinya tidak gersang, dan menjadi manusia pemurah, seperti yang dicontohkan oleh Allah Yang Maha Pemurah.