“Janganlah sekali-kali engkau tinggal di suatu negeri yang tidak ada di sana ulama yang bisa memberikan fatwa dalam masalah agama, dan juga tidak ada dokter yang memberitahukan mengenai keadaan (kesehatan) badanmu.” (Adab Asy-Syafi’i wa Manaqibuhu, h. 244)
Sebagai seorang muslim yang moderat, hal yang elok dalam menyikapi peristiwa pandemi global ini dengan berpikir jernih. Pertarungan politik, ekonomi, budaya bahkan pergulatan ideologi keagamaan sebaiknya dihindari karena dapat menghilangkan kestabilan alam serta menyebabkan musibah yang silih berganti.
Allah SWT memiliki sifat Qudrat atau Maha Berkuasa. Kekuasaan-Nya tak terbatas dan meliputi segala sesuatu sesuai kehendak. Sifat lainnya, Iradat, artinya Allah Berkehendak. Konteks keduanya memerlihatkan bahwa Allah tidak memandang sebanyak apa ritual yang dilakukan hamba-Nya.
Andaikan hamba-Nya satupun tak lagi menyembahnya, derajat ketuhanan yang dimiliki Allah SWT tidak akan menurun. Andaikan semua umat menyembah-Nya sebagai Tuhan, tak akan bertambah derajat-Nya karena Allah SWT adalah pemilik kesempurnaan.
Esensi ketuhanan tak bisa dihalangi oleh adanya sebab sesuatu. Akan tetapi manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya tentunya harus mengikuti tata nilai yang menjadi sunatullah (hukum alam) atau hukum kausalitas (sebab akibat). Maka dari itu adanya pandemi Covid-19 ini agar manusia berikhtiar mencegah, bukan malah menyalahkan Allah SWT.